Cari Blog Ini

Jumat, 11 April 2014

kesehatan mental II



Arti penting stress
Stress merupakan suatu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis. Dapat dikatakan juga stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi, dan lain-lain. GAS (General Adaptation Syndrom) merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stress. Respon yang terlibat didalamnya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin.

Faktor-faktor stress :
a.    Faktor sosial
Selain peristiwa penting, ternyata tugas rutin sehari-hari juga berpengaruh terhadap kesehatan jiwa, seperti kecemasan dan depresi. Dukungan sosial turut mempengaruhi reaksi seseorang dalam menghadapi stres.Dukungan sosial mencakup:
-          Dukungan emosional, seperti rasa dikasihi
-          Dukungan nyata, seperti bantuan atau jasa
-          Dukungan informasi, misalnya nasehat dan keterangan mengenai masalah tertentu.
b.     Faktor Individual
Tatkala seseorang menjumpai stresor dalam lingkungannya, ada dua karakteristik pada stresor tersebut yang akan mempengaruhi reaksinya terhadap stresor itu yaitu: Berapa lamanya (duration) ia harus menghadapi stresor itu dan berapa terduganya stresor itu (predictability).

Tipe-tipe Stress Psikologis :
Manusia berespon terhadap stres secara keseluruhan, sehingga kita tidak dapat memisahkan secara sangat tegas bentuk-bentuk stres. Stres biologis, misalnya adanya infeksi bakteri, akan juga berpengaruh terhadap emosi kita. Bisa pula suatu stres psikologis, misalnya kegagalan kerja, sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan fisik. Meski demikian, dapat disebutkan beberapa tipe stres psikologis, yang sering terjadi bersamaan, diantaranya adalah
a.    Tekanan
Kita dapat mengalami tekanan dari dalam maupun luar diri, atau keduanya. Ambisi personal bersumber dari dalam, tetapi kadang dikuatkan oleh harapan-harapan dari pihak di luar diri.
b.    Konflik
Konflik terjadi ketika kita berada di bawah tekanan untuk berespon simultan terhadap dua atau lebih kekuatan-kekuatan yang berlawanan.
  • Konflik menjauh-menjauh: individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama tidak disukai. Misalnya seorang pelajar yang sangat malas belajar, tetapi juga enggan mendapat nilai buruk, apalagi sampai tidak naik kelas.
  • Konflik mendekat-mendekat. Individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama diinginkannya. Misalnya, ada suatu acara seminar sangat menarik untuk diikuti, tetapi pada saat sama juga ada film sangat menarik untuk ditonton.
  • Konflik mendekat-menjauh. Terjadi ketika individu terjerat dalam situasi di mana ia tertarik sekaligus ingin menghindar dari situasi tertentu. Ini adalah bentuk konflik yang paling sering dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus lebih sulit diselesaikan. Misalnya ketika pasangan berpikir tentang apakah akan segera memiliki anak atau tidak. Memiliki anak sangat diinginkan karena pasangan dapat belajar menjadi orang dewasa yang sungguh-sungguh bertanggungjawab atas makhluk kecil yang sepenuhnya tak berdaya. Di sisi lain, ada tuntutan finansial, waktu, kemungkinan kehadiran anak akan mengganggu relasi suami-istri, dan lain sebagainya.
c.    Frustrasi.
Frustrasi terjadi ketika motif atau tujuan kita mengalami hambatan dalam pencapaiannya.
  • Bila kita telah berjuang keras dan gagal, kita mengalami frustrasi.
  • Bila kita dalam keadaan terdesak dan terburu-buru, kemudian terhambat untuk melakukan sesuatu (misal jalanan macet) kita juga dapat merasa frustrasi.
  • Bila kita sangat memerlukan sesuatu (misalnya lapar dan butuh makanan), dan sesuatu itu tidak dapat diperoleh, kita juga mengalami frustrasi.
d.    Kecemasan
Khawatir, gelisah, takut dan perasaan semacamnya itu merupakan suatu tanda atau sinyal seseorang mengalami kecemasan. Biasanya kecemasan di timbulkan karena adanya rasa kurang nyaman, rasa tidak aman atau merasa terancam pada dirinya.

Jenis – jenis koping stres :
a. Koping psikologis
Pada umumnya gejala yang ditimbulkan akibat stress psikologis tergantung pada dua factor yaitu:
1. Bagaimana persepsi atau penerimaan individu terhadap stressor, artinya seberapa berat ancaman yang dirasakan oleh individu tersebut terhadap stressor yang diterimanya.
2. Keefektifan strategi koping yang digunakan oleh individu; artinya dalam menghadapi stressor, jika strategi yang digunakan efektif maka menghasilkan adaptasi yang baik dan menjadi suatu pola baru dalam kehidupan, tetapi jika sebaliknya dapat mengakibatkan gangguan kesehatan fisik maupun psikologis.
b. Koping psiko-sosial
Yang biasa dilakukan individu dalam koping psiko-sosial adalah, menyerang, menarik diri dan kompromi.
1.     Perilaku menyerang
Individu menggunakan energinya untuk melakukan perlawanan dalam rangka mempertahan integritas pribadinya. Prilaku yang ditampilkan dapat merupakan tindakan konstruktif maupun destruktif. Destruktif yaitu tindakan agresif (menyerang) terhadap sasaran atau objek dapat berupa benda, barang atau orang atau bahkan terhadap dirinya sendiri. Sedangkan sikap bermusuhan yang ditampilkan adalah berupa rasa benci, dendam dan marah yang memanjang. Sedangkan tindakan konstruktif adalah upaya individu dalam menyelesaikan masalah secara asertif. Yaitu mengungkapkan dengan kata-kata terhadap rasa ketidak senangannya.
2.     Perilaku menarik diri
Menarik diri adalah prilaku yang menunjukkan pengasingan diri dari lingkungan dan orang lain, jadi secara fisik dan psikologis individu secara sadar meninggalkan lingkungan yang menjadi sumber stressor misalnya ; individu melarikan diri dari sumber stress, menjauhi sumber beracun, polusi, dan sumber infeksi. Sedangkan reaksi psikologis individu menampilkan diri seperti apatis, pendam dan munculnya perasaan tidak berminat yang menetap pada individu.
3.     Kompromi
Kompromi adalah merupakan tindakan konstruktif yang dilakukan oleh individu untuk menyelesaikan masalah, lazimnya kompromi dilakukan dengan cara bermusyawarah atau negosiasi untuk menyelesaikan masalah yang sedang sihadapi, secara umum kompromi dapat mengurangi ketegangan dan masalah dapat diselesaikan.
Kaitan antara koping dengan mekanisme pertahanan diri (defense mechanism), ada ahli yang melihat defense mechanism sebagai salah satu jenis koping (Lazarus, 1976). Ahli lain melihat antara koping dan mekanisme pertahanan diri sebagai dua hal yang berbeda. (Harber dan Runyon, 1984).
·         Lazarus membagi koping menjadi dua jenis yaitu:
1.    Tindakan langsung (direct Action)
Koping jenis ini adalah setiap usaha tingkah laku yang dijalankan ole individu untuk mengatasi kesakitan atau luka, ancaman atau tantangan dengan cara mengubah hubungan hubunngan yang bermasalah dengan lingkungan. Individu menjalankan koping jenis direct action atau tindakan langsung bila dia melakukan perubahan posisi terhadap masalah yang dialami.
Ada 4 macam koping jenis tindakan langsung :
a.      Mempersiapkan diri untuk menghadapi luka
Individu melakukan langkah aktif dan antisipatif (bereaksi) untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya dengan cara menempatkan diri secara langsung pada keadaan yang mengancam dan melakukan aksi yang sesuai dengan bahaya tersebut. Misalnya, dalam rangka menghadapi ujian, Tono lalu mempersiapkan diri dengan mulai belajar sedikit demi sedikit tiap-tiap mata kuliah yang diambilnya, sebulan sebelum ujian dimulai. Ini dia lakukan supaya prestasinya baik disbanding dengan semester sebelumnya, karena dia hanya mempersiapkan diri menjelang ujian saja. Contoh dari koping jenis ini lainnya adalah imunisasi. Imunisasi merupakan tindakan yang dilakukan oleh orang tua supaya anak mereka menjadi lebih kebal terhadap kemungkinan mengalami penyakit tertentu.
b.      Agresi
Agresi adalah tindakan yang dilakukan oleh individu dengan menyerang agen yang dinilai mengancam atau akan melukai. Agresi dilakukan bila individu merasa atau menilai dirinya lebih kuat atau berkuasa terhadap agen yang mengancam tersebut. Misalnya, tindakan penggusuran yang dilakuakan oleh pemerintah Jakarta terhadap penduduk yang berada dipemukiman kumuh. Tindakan tersebut bias dilakukan karena pemerintah memilki kekuasaan yang lebih besar disbanding dengan penduduk setempat yang digusur.
Agresi juga sering dikatakan sebagai kemarahan yang meluap-luap, dan orang yang melalakukan serangan secara kasar, dengan jalan yang tidak wajar. Karena orang selalu gagal dalam usahanya, reaksinya sangat primitive, berupa kemarahan dan luapan emosi kemarahan dan luapan emosi kemarahan yang meledak-meledak. Kadang-kadang disertai prilaku kegilaan, tindak sadis, dan usaha membunuh orang.
Agresi ialah seseperti reaksi terhadap frustasi, berupa seranngan, tingkah laku bermusuhan terhadap orang atau benda.
Kemarahan-kemarahan semacam ini pasti menggangu frustasi intelegensi, sehingga harga diri orang yang bersangkutan jadi merosot disebabkan oleh tingkah lakunya yang agresif berlebih-lebihan tadi. Seperti tingkah laku yang suka mentolerir orang lain, berlaku sewenang-wenang dan sadis terhadap pihak-pihak yang lemah, dan lain-lain.
c.       Penghindaran (Avoidance)
Tindakan ini terjadi bila agen yang mengancam dinilai lebih berkuasa dan berbahaya sehingga individu memilih cara menghindari atau melarikan diri dari situasi yang mengancam. Misalnya, penduduk yang melarikan diri dari rumah-rumah mereka karena takut akan menjadi korban pada daerah-daerah konflik seperti aceh.
d.      Apati
Jenis koping ini merupakan pola orang yang putus asa. Apati dilakukan dengan cara individu yang bersangkutan tidak bergerak dan menerima begitu saja agen yang melukai dan tidak ada usaha apa-apa untuk melawan ataupun melarikan diri dari situasi yang mengancam tersebut. Misalnya, pada kerusuhan Mei. Orang-orang Cina yang menjadi korban umumnya tutup mulut, tidak melawan dan berlaku pasrah terhadap kejadian biadab yang menimpa mereka. Pola apati terjadi bila tindakan baik tindakan mempersiapkan diri menghadapi luka, agresi maupun advoidance sudah tidak memungkinkan lagi dan situasinya terjadi berulang-ulang. Dalam kasus diatas, orang-orang cina sering kali dan berulangkali menjadi korban ketika terjadi kerusuhan sehingga menimbilkan reaksi apati dikalangan mereka.

2.    Peredaan atau peringatan (palliation)
Jenis koping ini mengacu pada mengurangi, menghilangkan dan menoleransi tekanan-tekanan ketubuhan atau fisik, motorik atau gambaran afeksi dan tekanan emosi yang dibangkitkan oleh lingkungan yang bermasalah. Atau bisa diartikan bahwa bila individu menggunakan koping jenis ini, posisinya dengan masalah relatif tidak berubah, yang berubah adalah diri individu, yaitu dengan cara merubah persepsi atau reaksi emosinya.
·         Ada 2 jenis koping peredaan atau palliation:
a.      Diarahkan pada gejala (Symptom Directid Modes)
Macam koping ini digunakan bila gangguan muncul dari diri individu, kemudian individu melakukan tindakan dengan cara mengurangi gangguan yang berhubungan dengan emosi-emosi yang disebabkan oleh tekanan atau ancaman tersebut. Penggunaan obat-obatan terlarang, narkotika, merokok, alcohol merupakan bentuk koping dengan cara diarahkan pada gejala. Namun tidak selamanya cara ini bersifat negative. Melakukan relaksasi, meditasi atau berdoa untuk mengatasi ketegangan juga tergolong kedalam symptom directed modes tetapt bersifat positif.
b.      Cara intra psikis
Koping jenis peredaan dengan cara intrapsikis adalah cara-cara yang menggunakan perlengkapan-perlengkapan psikologis kita, yang biasa dikenal dengan istilah Defense Mechanism (mekanisme pertahanan diri).
Disebut sebagai defence mechanism atau mekanisme pembelaan diri, karena individu yang bersangkutan selalu mencoba mengelak dan membela diri dari kelemahan atau kekerdilan sendiri dan mencoba mempertahankan harga dirinya: yaitu dengan jalan mengemukakan bermacam-macam dalih atau alasan.

Jenis-Jenis Coping yang Konstruktif dan Positif
a. Coping yang konstruktif
1) Escape
Usaha untuk menghilangkan stress dengan melarikan diri dari masalah dan beralih pada hal-hal yang tidak baik, seperti merokok, narkoba, dll.
2) Accepteance
Karena tidak ada lagi yang dapat memecahkan masalah, maka lebih memilih pasrah dan menerimanya.
3)  Avoidance
Individu berusaha menyanggah dan mengingkari serta melupakan masalah-masalah yang ada pada dirinya.
4)  Avoidant coping
Strategi yang dilakukan individu untuk menjauhkan diri dari sumber stress dengan cara melakukan suatu aktivitas atau menarik diri dari suatu kegiatan atau situasi yang berpotensi menimbulkan stress.
b. Coping yang positif
1)  Active coping
Strategi yang dirancang untuk mengubah cara pandang individu terhadap sumber stress.
 2) Problem solving focused coping
Individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk mehilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stress.
3) Distancing
Usaha untuk menghindari permasalahan dan menutupinya dengan pandangan yang positif dan menganggap remeh suatu masalah.
4) Planful problem solving
Individu membentuk suatu strategi dan perencanaan menghilangkan dan mengatasi stress dengan melibatkan tindakan yang teliti, hati-hati, bertahap, dan analitis.
5) Positive reappraisal
Usaha untuk mencari makna positif dari permasalahan dengan pengembangan diri dan melibatkan hal-hal religi.
6) Self control
Suatu bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara menahan diri, mengatur perasaan, tidak tergesa-gesa dan hati hati dalam mengambil tindakan.
7) Emotion focused coping
Melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam penyesuaian diri dengan dampak yang ditimbulkan oleh kondisi yang penuh tekanan.
8) Seeking social support
Suatu cara yang dilakukan individu dalam menghadapi maslah dengan cara mencari dukungan sosial pada keluarga atau lingkungan sekitar, berupa simpati atau perhatian.
9) Positive reinterpretation
respon dari individu dengan cara merubah dan mengembangkan dalam kepribadiannya atau mencoba mengambil pandangan positif dari sebuah masalah. 

kepribadian sehat menurut Allport
Allport percaya bahwa kepribadian dewasa merupakan lebih fungsi dari masa sekarang dan masa yang akan datang dari pada masa lampaunya .
Allport menyatakan, melalui pemberian kasih sayang dan banyaknya keamanan terhadap bayi mampu membuat pertumbuhan psikologis yang positif akan terjadi sepanjang tingkat munculnya propium. Oleh sebab itu ibu sangat berperan penting bagi perkembangan propium. sementara bila anak dibesarkan pemberian kasih sayang yang, keamanan yang kurang serta agresif, penuh tuntutan maka pertumbuhan psikologisnya akan berdampak buruk.
Karakteristik kepribadian yang sehat menurut Allport
1.  Manusia yang sehat memiliki kebutuhan terus menerus akan sensasi-sensasi dan tantangan-tantangan baru.
2.    Mereka tidak suka hal-hal yang rutin dan mencari pengalaman-pengalaman baru.
3.    Mereka mengambil resiko, berspekulasi, dan menyelidiki hal-hal baru.
4.    Aktivitas menghasilkan ketegangan.
5.  Pengalaman-pengalaman dan resiko yang menimbulkan tegangan, membuat manusia dapat tumbuh dan berkembang.
6.   Manusia didorong kedepan oleh visi masa depan, tidak di kontrol oleh traumatik dan konflik masa lalu.
7.   Kebahagian bukan merupakan suatu tujuan, tetapi kebahagiaan merupakan hasil dari keberhasilan integrasi kepribadian dalam mengejar aspirasi-aspirasi dan tujuan.
8.  Kepribadian yang sehat “prinsip penguasaan dan kemampuan” (principle of mastery and competence).
9.  Proprium “Self” = sesuatu yang dimiliki seseorang atau keunikan yang dimiliki sesorang. Proprium (atau self).
Allport mengemukakan tujuh kriteria yang merupakan pandangan-pandangan allport tentang sifat-sifat khusus dari kepribadian sehat.
1.      Perluasan Perasaan Diri,
awalnya diri hanya berpusat pada individu, namun ketika pengalaman bertumbuh maka diri bertambah luas meliputi nilai-nilai dan cita-cita yang abstrak. Orang yang matang ialah orang yang mengembangkan perhatian-perhatian dari luar dirinya, akan tetapi tidak hanya berinteraksi dengan sesuatu di luar dirinya, namunhaus menjadi partisipasi yang langsung dan penuh. Allport menamakan hal ini “partisipasi otentikyang dilakukan oleh orang dalam beberapa suasana yang penting dari usaha mansia.”
2.      Hubungan diri yang hangat dengan orang-orang lain,
Allport membedakan menjadi dua macam kehangatan dalam hubungan dengan orang lain, yakni kapasitas untuk keintiman, dan kapasitas untuk perasaan terharu.
Orang yang sehat secara psikologis mampu melihatkan keintiman (cinta) terhadap orang tua, anak, partner, dan teman akrab. Yang dihasilkan dari kapasitas keintiman yaitu suatu perasaan perluasan diri yang berkembang baik. Syarat bagi kapasitas untuk keintiman ialah suatu perasaan identitas diri yang berkembang dengan baik.
Perbedaan antara hubungan cinta dengan orang-orang neurotis dengan orang sehat. Orang neurotis pada dasarnya harus menerima cinta jauh lebih banyak dari pada feedbacknya, sementara cinta orang-orang yang sehat ialah cinta yang tanpa syarat, didak melumpuhkan atau mengikat.
Tipe kehangatan kedua yaitu perasaan terharu adalah suatu pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan. Orang sehat memiliki kapasitas untuk memahami kesakitan –kesakitan, penderitaan-penderitaan, ketakutan-ketakutan, dan kegagalan-kegagalan yang merupakan ciri kehidupan manusia.
3.       Keamanan emosional,
Kepribadian sehat meliputi beberapa kualitas, kualitas yang utama ialah penerimaan diri. Kepribadian sehat mampu menerima semua hal dari diri mereka, termasuk kelemahan kelemahan dan kekurangan-kekurang tanpa menyerah secara pasif terhadap kelemahan dan kekurangan tersebut.  Orang-orang sehat mampu hidup denga sedikit konflikdalam diri mereka terhadap masyarakat.
Kepribadian-kepribadian yang sehat juga mampu menerima emosi-emosi manusia, dan mampu mengontrol emosi mereka, sehingga emosi-emosi ini tidak mengganggu aktivitas-aktivitas antar pribadi.
Kualitas lain dari keamanan emosional ialah sabar terhadap kekecewaan”.  Orang sehat mampu mengahadapi kemunduran-kemunduran, mereka tak pernah menyerah diri pada kekecewaan, namun pribadi yang sehat justru memikirkan cara-cara yang berbeda guna mengurangi kekecewaan untuk mencapai tujuan-tujuan. Kekecewaan tidak melumpuhkan kepribadian yang sehat sebagaimana hal ini terjadi pada orang-orang yang neurotis. 
4.      Persepsi realitas,
Orang-orang yang sehat memandang dunia secara objektif.  Mereka tidak percaya bahwa setiap orang lain baik atau jahatmenurut prasangka pribadi terhadap realitas. Sementara orang-orang yang neurotis kerapkali mengubah sesuai dengan apa yang mereka inginkan dan butuhkan

5.      Keterampilan dan tugas-tugas,
Allport menekankan bahwa keberhasilan dalam pekerjaan menunjukkan keterampilan dan bakat tertentu. Menurutnya, orang yang sehat tidak akan tidak mengarahkan keterampilan pada pekerjaan. Komitmen pada orang sehat begitu kuat sehingga mengantarkan mereka pada kesanggupan menenggelamkan semua pertahanan yang berhubungan dengan ego dan dorongan ketika terbenam dalam pekerjaan
Pekerjaan dan tanggung jawab memberikan arti dan perasaan kontinuitas hidup. Kematangan dan kesehatan psikologis tidak akan tercapai tanpa melakaukan aktivitas yang penting dan melakukannya dengan penuh dedikasi, komitmen, dan keterampilan – keterampilan.
6.      Pemahamn diri,
Kepribadian yang sehat mencapai suatu tingkat pemahan diri yang lebih dari pada orang yang nerotis. Orang yang miliki suatu tingkat pemahaman diri (self-objectification) yang tinggi tidak mungkin memproyeksikan kualitas negatif  dirinya pada orang lain. Orang-orang yang sehat terbuka pada pendapat-pendapat  orang lain dalam merumuskan gambaran diri yang objektif.
7.      Filsafat hidup yang mempersatukan,
Orang-orang yang sehat melihat kedepan, didorong oleh tujuan-tujuan dan rencana-rencana jangka panjang. Orang-orang ini mempunyai suatu perasaan akan tujuan, suatu tugas untuk bekerja sampai selesai sebagai acuan kehidupan mereka.
Menurut Allport nilai-nilai sangat penting bagi perkembangan suatu filsafah hidup yang mempersatukan. Memiliki nilai-nilai yang kuat, jelas memisahkan orang yang sehat dari orang yang neurotis.Suara hati juga ikut berperan dalam suatu filsafah hidup yang mempersatukan. Allport berpendapat bahwa, terdapat perbedaan antara suara hati yang matang dan suara hati yang tida matang atau neurotis. Suara hati yang matang adalah suatu perasaan kewajiban dan tanggung jawab terhadao diri sendiri dan kepada orang lain, dan mungkin berakar dalam nilai-nilai agama atau etis, sedangkan suara hati yang tidak matang sama seperti sura hati kanak-kanak yang patuh dan membudak, penuh dengan pembatasan dan larangan yang dibawa dari masa kanak-kanak kedalam masa dewasa.

Teori Kepribadian Sehat Menurut Carl Rogers
a.      Perkembangan Kepribadian “ Self”
b.     Self adalah apa yang manusia rasakan didalam dirinya. Didalam self terdapat 2 bagian yaitu, ideal self dan relity self. Ideal self adalah diri yang diharapkan individu, sedangkan reality self adalah kenyataan yang ada pada diri individual keadaan apa adanya pada diri individu. Kesulitan akan timbul bila tidak terjadi ketidaksesuaian antara persepsi tentang diri dengan ideal selfnya (kesenjangan antara harapan dan realita). Individual yang sehat adalah individu yang jarak reality self dan ideal self tidak terlalu jauh.
* Self mempunyai bermacam-macam sifat :
a. Self berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungan.
b. Self mungkin mengintegrasikan nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam cara yang tidak wajar.
c. Self mengejar konsistensi (keutuhan atau kesatuan, keselarasan.
d. Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras dengan self.
e. Pengalaman-pengalaman yang tidak selaras dengan struktur self diamati sebagai ancaman.
f. Self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan dan belajar.
b. Positive regard (bersyarat)
Setiap manusia memiliki kebutuhan basic akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, cinta, kasih, dan sayang dari orang lain Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat).Conditional positive regard atau penghargaan positif bersyarat misalnya kebanyakan orang tua memuji, menghormati, dan mencintai anak dengan bersyarat,yaitu sejauh anak itu berpikir dan bertingkah laku seperti dikehendaki orang tua karena anak mengembangkan conditional positive regard maka dia menginternalisasikan sikap – sikapdari ibunya, akan tetapi tidak semua anak menemukan kepuasan yang cukup akan kebutuhan ini.
c.      Ciri – ciri orang yang berfungsi sepenuhnya
1.     Keterbukaan pada pengalaman
Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua pengalamandengan fleksibel, termasuk perasaannya sendiri sehingga selalu timbul persepsibaru. Kalau individu bisa terbuka terhadap perasaannya sendiri maka tidak sulitjuga untuk membuka diri untuk aktualisasi. Tentu bagian tersulit di sini adlahmembedakan perasaan riil dari kecemasan-kecemasan yang disebabkan olehsyarat-syarat kepatuhan
2. Kehidupan Eksistensial Kualitas dari kehidupan eksistensial dimana orang terbuka terhadappengalamannya sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selaluberubah dan cenderung menyesuaikan diri sebagai respons atas pengalaman selanjutnya. Disini Roger memandang sesuatu sebagaimana adanya, kenangan danangan-angan adalah sesuatu yang kita alami disini dan sekarang.
3.   Keyakinan organismik Pengalaman akan menjadi hidup ketika seseorang membuka diri terhadap pengalamanitu sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang dirasanyabenar (timbul seketika dan intuitif) sehingga ia dapat mempertimbangkan setiapsegi dari suatu situasi dengan sangat baik. Hal ini menunjukkan adanya keterkaitanindividu dengan kecenderungan aktuaalisasi.
4.     Kebebasan eksistensialis Orang yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa adanyapaksaan-paksaan atau rintangan – rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan. Orang yang bebas memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadimengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinyasendiri, tidak pada peristiwa di masa lampau sehingga ia dapat meilhat sangatbanyak pilihan dalam kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa saja yang ingin dilakukannya.
5.  Kreativitas Keterbukaan diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme merekasendiri akan mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dengan ciri – ciri bertingkah laku spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai respons atas stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka ragam disekitarnya.

Sumber :
Jess, J. And Gregory,J.F.teori kepribadian. Jakarta: salemba humanika, 2009. 
Sarwono, Sarlito W. (2010). Pengantar psikologi umum. Jakarta:Rajawali Pers.
Schultz, Duane. (2011). psikologi pertumbuhan:model-model kepribadian sehat.Yogyakarta: Kanisius.
Puspitawati, I. Dwi Riyanti, Hendro Prabowo.(1996). Seri Diktat Kuliah Psikologi Umum I. Jakarta. Gunadarma.
Riyanti, Dwi B.P., Prabowo, Hendro. (1998). Seri diktat kuliah psikologi umum 2. Depok: Universitas Gunadarma.