Nama : Farid Hikmatullah/12512773
kelas : 2PA01
TUGAS KESMEN III (PENYESUAIAN DIRI)
Seseorang
tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu
menyesuaikan diri. Kondisi fisik, mental, dan emosional dipengaruhi dan
diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan di mana kemungkinan akan berkembang
proses penyesuaian yang baik atau yang salah.
Penyesuaian
diri adalah suatu proses. Dan salah satu ciri pokok dari kepribadian yang sehat
mentalnya ialah memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri secara
harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.
- Penyesuaian berarti adaptasi; dapat mempertahankan eksistensinya, atau bisa “survive” dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial.
- Penyesuaian juga dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti menyesuaikan sesuatu sesuatu dengan standar atau prinsip.
Proses
Penyesuaian Diri
Penyesuaian
diri adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi
kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Seperti kita ketahui bahwa
penyesuaian yang sempurna tidak pernah tercapai. Penyesuaian yang sempurna
terjadi jika manusia/individu selalu dalam keadaan seimbang antara dirinya
dengan lingkungannya dimana tidak ada lagi kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan
di mana semua fungsi organisme/individu berjalan normal. Sekali lagi, bahwa
penyesuaian yang sempurna seperti itu tidak pernah dapat dicapai. Karena itu
penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat dan manusia
terus-menerus berupaya menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup guna
mencapaipribadi yang sehat.
Dalam
proses penyesuaian diri dapat saja muncul konflik, tekanan, dan frustasi, dan
individu didorong meneliti berbagai kemungkinan perilaku untuk membebaskan diri
dari ketegangan.
Karakteristik
Penyesuaian Diri
Ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan seorang
tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin
terdapat dalam dirinya atau mungkin di luar dirinya. Dalam hubungannya dengan
rintangan-rintangan tersebut ada individu-individu yang dapat menyesuaikan diri
secara positif, dan penyesuaian diri yang salah.
Penyesuaian
Diri Secara Positif
Mereka
yang tergolong mampu melakukan penyesuaian diri secara positif ditandai hal-hal
sebagai berikut:
1)
Tidak menunjukan adanya ketegangan emosional
2)
Tidak menunjukan adanya mekanisme-mekanisme psikologis
3)
Tidak menunjukan adanya frustasi pribadi
4)
Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri
Dalam
melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukannya dalam
berbagai bentuk, antara lain:
1)
Penyesuaian dengan mengahadapi masalah secara langsung
2)
Penyesuaian dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan)
3)
Penyesuaian dengan trial and error atau coba-coba
4)
Penyesuaian dengan subtitusi (mencari pengganti)
5)
Penyesuaian diri dengan menggali kemampuan diri
6)
Penyesuaian dengan belajar
7)
Penyesuaian dengan inhibisi dan pengendalian diri
Penyesuaian
Diri Yang negatif
Kegagalan
dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, dapat mengakibatkan individu
melakukan penyesuaian yang salah. Penyesuaian ini di tandai dengan berbagai
bentuk tingkah laku yang serba salah, tidak terarah, emosional sikap yang tidak
realistik, agresif, dan sebagainya.
Ada
tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian yang salah yaitu:
1)
Reaksi Bertahan
Bentuk
khusus reaksi ini antara lain:
-
Rasionalitas, yaitu bertahan dengan mencari-cari alasan (dalam) untuk
membenarkan tindakannya.
-
Represi,, yaitu berusaha untuk menekan pengalamannya yang dirasakan kurang enak
ke alam tidak sadar
-
Proyeksi, yaitu melemparkan sebab kegagalan dirinya kepada pihak lain untuk
mencari alasan yang dapat diterima
2)
Reaksi Menyerang
Orang
yang mempunyai penyesuaian diri yang salah menunjukkan tingkah laku yang
bersifat menyerang untuk menutupi kegagalannya. Ia tidak mau menyadari
kegagalannya. Reaksi-reaksinya yang tampak dalam tingkah laku:
-
Selalu
membenarkan diri sendiri
-
Mau
berkuasa dalam setiap situasi
-
Mau
memiliki segalanya
-
Bersikap
senang mengganggu orang lain
-
Menggertak
baikdengan ucapan maupun dengan perbuatan
-
Menunjukan
sikap permusuhan secara terbuka
3)
Reaksi Melarikan Diri
Dalam
reaksi ini orang yang mempunyai penyesuaian diri yang salah akan melarikan diri
dari situasi yang menimbulkan kegagalannya, reaksinya tampak dalam tingkah laku
sebagai berikut:
- Berfantasi,
yaitu memuaskan keinginan yang tidak tercapai dalam bentuk angan-angan seolah-olah
sudah tercapai)
-
Banyak
tidur
-
Minum-minuman
keras
-
Bunuh
diri
-
Menjadi
pencandu ganja, narkotika
- Regresi,
yaitu kembali kepada tingkah laku yang semodel dengan tingkat perkembangan yang
lebih awal
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri
Secara
keseluruhan kepribadian mempunyai fungsi sebagai penentu primer terhadap
penyesuaian diri. Penentu berarti faktor yang mendukung, mempengaruhi, atau
menimbulkan efek pada proses penyesuaian. Secara sekunder proses penyesuaian di
tentukan oleh faktor-faktor yang menentukan kepribadian itu sendiri baik
internal maupun eksternal. Penentu penyesuaian identik dengan faktor-faktor
yang mengatur perkembangan dan terbentuknya pribadi secara bertahap.
Penentu-penentu itu dapat di kelompokan sebagai berikut:
1)
Kondisi-kondisi fisik
Termasuk
di dalamnya keturunan, konstitusi fisik, susunan saraf, kelenjar, dan sistem
otot, kesehatan, penyakit, dan sebagainya. Kondisi sistem-sistem tubuh yang
baik merupakan syarat bagi tercapainya proses penyesuaian diri yang baik.
Disamping itu, kesehatan dan penyakit jasmaniah juga berhubungan dengan
penyesuaian diri. Kualitas penyesuaian diri yang baik hanya diperoleh dan
dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa
gangguan penyakit jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan menggangu proses
penyesuaian dirinya.
2)
Perkembangan dan kematangan
Sesuai
dengan hukum perkembangan, tingkat kematangan yang dicapai berbeda antara
individu yang satu dengan lainnya, sehingga pencapaian pola-pola penyesuaian
diri pun berbeda pula secara individual. Dengan kata lain, pola penyesuaian
diri akan bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangan yang
dicapainya. Di samping itu, hubungan antara penyesuaian dengan perkembangan
dapat berbeda menurut jenis aspek perkembangan yang dicapai. Kondisi-kondisi
perkembangan mempengaruhi setiap aspek kepribadian seperti: emosional, sosial,
moral, keagamaan, dan intelektual.
3)
Penentu psikologis
Banyak
sekali faktor psikologis yang mempengaruhi penyesuaian diri, diantaranya
adalah:
Pengalaman
Pengalaman-pengalaman
tertentu yang mempunyai arti dalam penyesuaian diri adalah pengalaman yang
menyenangkan dan pengalaman traumatik (menyusahkan). Pengalaman yang
menyenangkan cenderung akan menimbulkan proses penyesuaian diri yang baik,
sebaliknya pengalaman traumatik akan menimbulkan penyesuaian yang kurang baik.
Belajar
Proses
belajar merupakan suatu dasar yang fundamental dalam proses penyesuaian diri,
karena melalui belajar ini akan berkembang pola-pola responyang akan membentuk
kepribadian. Dalam proses penyesuaian diri belajar merupakan suatu proses
modifikasi tingkah laku sejak fase-fase awal dan berlangsung terus sepanjang
hayat dan diperkuatdengan kematangan.
Determinasi
diri
Dalam
proses penyesuaian diri, di samping ditentukan oleh faktor-faktor di atas,
orangnya itu sendiri menentukan dirinya, terdapat faktor-faktor kekuatan yang
mendorong untuk mencapai taraf penyesuaian yang tinggi, dan atau merusak
diri. Faktor-faktor itulah yang disebut determinasi diri. Determinasi diri
mempunyai peranan yang penting dalam proses penyesuaian diri karena mempunyai
peranan dalam pengendalaian arah dan pola penyesuaian diri.
4)
Kondisi lingkungan
Berbagai
lingkungan anak seperti keluarga dan pola hubungan di dalamnya, sekolah
masyarakat berpengaruh terhadap penyesuaian diri anak.
Pengaruh
rumah dan keluarga
Dari
sekian banyak faktor yang mengondisikan penyesuaian diri, faktor rumah dan
keluarga merupakan faktor yang sangat penting, karena keluarga merupakan satuan
kelompok sosial ter-kecil. Interaksi sosial yang pertama diperoleh individu
adalah dalam keluarga. Kemampuan interaksi sosial ini kemudian akan
dikembangkan di masyarakat.
Hubungan
orang tua dan anak
Pola
hubungan antara orang tua dengan anak akan mempunyai pengaruh terhadap proses
penyesuaian diri anak-anak. Beberapa pola hubungan yang dapat mempengaruhi
penyesuaian diri antara lain:
-
Menerima (acceptance), yaitu situasi hubungandi mana orang tua menerima
anaknya dengan baik. Sikap penerimaan ini dapat menimbulkan suasana hangat dan
rasa aman bagi anak.
-
Menghukum dan disiplin yang berlebihan. Dalam pola ini, hubungan orang tua
dengan anak bersifat keras. Disiplin yang ditanamkan orang tua terlalu kaku dan
berlebihan sehingga dapat menimbulkan suasana psikologis yang kurang
menguntungkan anak
-
Memanjakan dan melindungi anak secara berlebihan. Per-lindungan dan pemanjaan
secara berlebihan dapat menimbul-kan perasaan tidak aman, cemburu, rendah
diri, canggung, dan gejala-gejala salah suai lainnya
-
Penolakan, yaitu pola hubungan di mana orang tua menolak kehadiran anaknya.
Beberapa penelitianmenunjukan bahwa penolakan orang tua terhadap anaknya dapat
menimbulkan hambatan dalam penyesuaian diri
Hubungan
saudara
Suasana
hubungan saudara yang penuh persahabatan, kooperatif, saling menghormati, penuh
kasih sayang, mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk tercapainya
penyesuaian yang lebih baik. Sebaliknya suasana permusuhan, perselisihan, iri
hati, kebencian, dan sebagainya dapat menimbulkan kesulitan dan kegagalan
penyesuaian diri.
Masyarakat
Keadaan
lingkungan masyarakat di mana individu berada merupakan kondisi yang menentukan
proses dan pola-pola penyesuaiann diri. Kondisi studi menunjukan bahwa banyak
gejala tingkah laku salah suai bersumber dari keadaan masyarakat. Pergaulan
yang salah di kalangan remaja dapat mempengaruhi pola-pola peyesuaian dirinya.
Sekolah
Sekolah
mempunyai peranan sebagai media untuk mempengaruhi kehidupanintelektual,
sosial, dan moral pada siswa. Suasana di sekolah baik sosial maupun psikologis
menentukan proses dan pola penyesuaian diri. Di samping itu, hasil pendidikan
yang diterima anak di sekolah akan merupakan bekal bagi proses penyesuaian diri
di masyarakat.
5)
Penentu kultural dan agama
Agama
memberikan suasana psikologis tertentu dalam mengurangi konflik, frustasi dan
ketegangan lainnya. Agama juga memberikan suasana damai dan tenang bagi anak.
Agama merupakan sumber nilai, kepercayaan dan pola-pola tingkah laku yang akan
memberikan tutunan bagi arti,tujuan, dan kestabilan hidup umat manusia.
Kehidupan yang efektif menuntut adanya tuntunan hidup yang mutlak. Sembahyang
dan berdoa merupakan medium dalam agama untuk menuju ke arah kehidupan yang
berarti. Agama memegang peranan penting sebagai penentu dalam proses
penyesuaian diri.
Referensi:
Semium, yustinus.2006.kesehatan
mental 1.
http://belajarpsikologi.com/pengertian-penyesuaian-diri/
www.psychologymania.com/2012/09/pengertian-penyesuaian-diri.html
Depdikbud,
Dirjen Dikti PPIPT. 1982. Proses Penyesuaian Diri. Jakarta: Gunung Agung
Gerungan. 1987. Psikoogi Sosial. Bandung: PT
Erasco. Mampiere, Andi. 1982. Psikologi
Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.