Nama : Farid Hikmatullah ARTIKEL 2 PERTEMUAN 2
Kelas : 3PA01
Npm : 12512773
Terapi Humanistik
Eksistensial
Istilah
psikologi humanistik (Humanistic Psychology) diperkenalkan oleh sekelompok ahli
psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan
Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh
atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah
psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow menyebut psikologi humanistik sebagai “kekuatan
ketiga” (a third force).
Meskipun
tokoh-tokoh psikologi humanistik memiliki pandangan yang berbeda-beda, tetapi
mereka berpijak pada konsepsi fundamental yang sama mengenai manusia, yang
berakar pada salah satu aliran filsafat modern, yaitu eksistensialisme.
Eksistensialisme adalah hal yang mengada-dalam dunia (being-in-the-world), dan
menyadari penuh akan keberadaannya (Koeswara, 1986 : 113). Para filsuf
eksistensialis percaya bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk memilih
tindakan, menentukan sendiri nasib atau wujud dari keberadaannya, serta
bertanggung jawab atas pilihan dan keberadaannya, dalam hal ini “pilihan”
menjadi evaluasi tertinggi dari tindakan yang akan diambil oleh seseorang.
Tokoh-tokoh dalam konseling
eksistensial-humanistik yaitu, Abraham Maslow, Carl H. Rogers, Holo May,
Bagental, Yourard dan Arbuckle.
Konsep Utama Pendekatan Humanistik Eksistensial
1.
Kesadaran diri Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya
sendiri,suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu
berpikir dan memutuskan. Kesadaran diri membedakan manusia dengan mahluk-mahluk
lain. Pada hakikatnya semakin tinggi kesadaran seseorang, semakin ia hidup
sebagai pribadi. Meningkatkan kesadaran berarti meningkatkan kesanggupan
seseorang untuk mengalami hidup secara penuh sebagai manusia.Peningkatan
kesadaran diri yang mencakup kesadaran atas alternatif-alternatif,
motivasi-motivasi, faktor-faktor yang membentuk pribadi, dan atas tujuan-tujuan
pribadi, adalah tujuan segenap konseling. Kesadaran diri banyak terdapat pada
akar kesanggupan manusia, maka putusan untuk meningkatkan kesadaran diri adalah
fundamental bagi pertumbuhan manusia.
2.
Kebebasan tanggung jawab, kecemasanKesadaran atas kebebasan dan tangung jawab
bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar bagi manusia. Kecemasan
adalah suatu karakteristik dasar manusia yang mana merupakan sesuatu yang
patologis, sebab ia bisa menjadi suatu tenaga motivasional yang kuat untuk
pertumbuhan kepribadian.
3.
Penciptaan makna
Manusia itu unik, dalam arti
bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai
yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Manusia pada dasarnya selalu dalam
pencarian makna dan identitas diri. Manusia memiliki kebutuhan untuk
berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia
adalah mahluk yang rasional.
Tujuan-tujuan terapi :
•
Menyajikan kondisi-kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan.
•
Menghapus penghambat-penghambat aktualisasi potensi pribadi.
•
Membantu klien agar mampu menghadapi kecemasan sehubungan dengan tindakan
memilih diri, dan menerima kenyataan bahwa dirinya lebih dari sekedar korban
kekuatan-kekuatan deterministik di luar dirinya.
•
Membantu klien menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dan memperluas
kesadaran diri.
•
Membantu klien agar bebas dan bertanggung jawab atas arah kehidupan sendiri.
Fungsi dan Peran Terapis
Menurut Buhler dan Allen, para ahli
psikologi humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut :
1.
Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
2.
Menyadari peran dari tanggung jawab terapis
3.
Mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik
4.
Berorientasi pada pertumbuhan
5.
Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi
6.
Mengakui bahwa putusan dan pilihan akhir terletak ditangan klien.
7.
Memandang terapis sebagai model, dalam arti bahwa terapis dengan gaya hidup dan
pandangan humanistiknya tentang manusia secara implisit menunjukkan kepada
klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif
8.
Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandangan dan untuk mengembangkan
tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
9.
Bekerja ke arah mengurangi ketergantungan klien serta meningkatkan kebebasan
klien.
Teknik Terapi
Teori
humanistik eksistensial tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan secara
ketat. Prosedur-prosedur konseling bisa dipungut dari beberapa teori konseling
lainnya separti teori Gestalt dan Analisis Transaksional. Tugas konselor disini
adalah menyadarkan konseli bahwa ia masih ada di dunia ini dan hidupnya dapat
bermakna apabila ia memaknainya.
Kekurangan Terapi Humanistik Eksistensial
Salah satu
konsep ekstensial yang paling ditentang oleh kalangan psikologi “ilmiah” ialah
kebebasan individu untuk menjadi menurut apa yang diinginkannya. Jika benar,
maka konsep ini sudah pasti meruntuhkan validitas psikologi yang berpangkal
pada konsepsi tentang tingkah laku yang sangat detrministic. Karena jika
manusia benar-benar bebas menentukan eksistensinya, maka seluruh prediksi dan
control akan menjadi mustahil dan nilai eksperimen menjadi sangat terbatas.
Hakikat Analisis Eksistensialis
Pendekatan
eksistensial-humanistik, di lain pihak menekankan renungan-renungan filosofis
tentang apa artinya menjadi manusia yang utuh. Analisis eksistensial adalah
suatu metode atau pendekatan yang digunakan untuk mengungkapkan eksistensi
individu secara utuh dan menyeluruh. Analisis eksistensial merupakan kajian
psikologis untuk mengungkap eksistensi manusia pada taraf empiris (Binswanger).
Terapi eksistensial, terutama berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa melarikan
diri dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab itu saling
berkaitan.
Konsep-konsep Utama Eksistensialis
1.
Pandangan tentang sifat manusia
–
Psikologi eksistensial-humanistik berfokus pada kondisi manusia.
–
Pendekatan ini terutama adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas
manusia,
–
pendekatan eksistensial-humanistik bukan suatu aliran terapi,
–
sutu pendekatan yang mencangkup terapi-terapi berlainan yang kesemuanya
berlandaskan konsep-konsep dan asumsi-asumsi tentang manusia.
Konsep-Konsep Utama Eksistensial, Praktek Terapeutik
1)
Kesadaran diri
Manusia memilki kesanggupan
untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang
memungkinkan manusia berpikir dan memutuskan.
2)
Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan
Kesadaran atas kebebasan dan
tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada
manusia. Kecemasan eksistensial juga bisa diakibatkan oleh kesadaran atas
keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati
(nonbeing). Kesadaran atas kematian memiliki arti penting bagi kehidupan
individu sekarang, sebab kesadaran tersebut menghadapkan individu pada
kenyataan bahwa dia memiliki waktu yang terbatas untuk mengaktualkan potensi-potensinya.
3)
Penciptaan makna
Manusia itu unik, dalam arti
bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai
yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Pada hakikatnya “kes. Menjadi
manusia juga berarti menghadapi kesendirian. Manusia lahir ke dunia sendiri dan
mati sendiri pulaendirian” manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan
sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah makhluk
rasional.
Proses-proses Terapeutik
1.
Tujuan-tujuan Terapeutik
–
Terapi eksistensial bertujuan agar klien mengalami keberadaannya secara otentik
dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwaa ia
dapat membuka diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya.
–
Terdapat tiga karakteristik dari keberadaan otentik: (1) menyadari sepenuhnya
keadaan sekarang, (2) memilih bagaimana hidup pada saat sekarang, dan (3)
memikul tanggung jawab untuk memilih.
2. Fungsi dan
Peran Terapis
–
Tugas utama terapis adalah berusaha memahami klien sebagai ada dalam-dunia.
–
Teknik yang digunakan mengikuti alih-alih mendahulai pemahaman. Karena
menekankan pada pengalaman klien sekarang, para terapis eksistensial
menunjukkan keleluasaan dalam menggunakan metode-metode, dan prosedur yang digunakan
oleh mereka bisa bervariasi, tidak hanya dari klien yang satu kepada klien yang
lainnya, tetapi juga dari satu fase terapi ke fase terapi lainnya yang dijalani
oleh klien yang sama.
3. Pengalaman
Klien dalam Terapi
Klienmampu mengalami secara subjektif
persepsi-persepsi tentang dunianya.
4. Hubungan
Antara Terapis dan Klien
Penekanan diletakan pada
pertemuan antar manusia dan perjalanan bersama alih-alih pada teknik-teknik
yang mempengaruhi klien. Isi pertemuan terapi adalah pengalaman klien sekarang,
bukan “masalah” klien. Hubungan dengan orang lain dalam kehadiran yang otentik
difokuskan kepada “di sini dan sekarang”. Masa lampau atau masa depan hanya
penting bila waktunya berhubungan langsung.
E. Penerapan:
Teknik-Teknik Prosedur-Prosedur Terapeutik
–
Pendekatan eksistensial-humanistik tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan
secara ketat.
–
Bugental menunjukan bahwa konsep inti psikoanalisis tentang resistensi dan
transferensi bisa diterapkan pada filsafat dan praktek terapi eksistensial. Ia
menggunakan kerangka psikoanalitik untuk menerangkan fase kerja terapi yang
berlandaskan konsep-konsep eksistensial seperti kesadaran, emansipasi, dan
kebebasan, kecemasan eksistensial, dan neurosis eksistensial.
Kekurangan dan kelebihan terapi
Salah satu
konsep eksistensial yang paling ditentang oleh kalangan psikologi “ilmiah”
ialah kebebasan individu untuk menjadi menurut apa yang diinginkannya. Jika
benar, maka konsep ini sudah pasti meruntuhkan validitas psikologi yang
berpangkal pada konsepsi tentang tingkah laku yang sangat deterministic. Karena
jika manusia benar-benar bebas menentukan eksistensinya, maka seluruh prediksi
dan control akan menjadi mustahil dan nilai eksperimen menjadi sangat terbatas.
(Hall, Calvin S. & Lindzey, Gardner, 1993) . Humanistik eksistensial
membuat seseorang merefleksikan hidupnya sehingga orang tersebut mengenali
banyaknya pilihan dan dapat menentukan pilihannya sendiri sehingga seseorang
akan bertanggung jawab untuk tiap pilihan dan tindakan mereka.
Daftar Pustaka :
Abidin, Zaenal. 2007. Analisis
Eksistensial. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Corey, Gerald. 2007. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi.
Bandung: PT Refika Aditama.
Poduska, Bernard. 2000. 4 Teori
Kepribadian. Jakarta: Restu Agung.
Sabri, M. Alisuf. 2001. Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan.
Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar