Nama : Farid Hikmatullah artikel 4
pertemuan 2
Kelas : 3PA01
NPM : 12512773
Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan
kepribadian, filsafat tentang sifat manusia dan metode psikoterapi.
Konsep utama terapi psikoanalisis
1.
struktur kepribadian
·
id
·
ego
·
super ego
2.
pandangan ttg sifat manusia
· pandangan freud ttg sifat manusia pd dasarnya
pesimistik, deterministic, mekanistik dan reduksionistik
3.
kesadaran & ketidaksadaran
·
konsep ketaksadaran
Ø
mimpi2 → merupakan representative simbolik dari
kebutuhan2, hasrat2 konflik
Ø
salah ucap / lupa → thd nama yg dikenal
Ø
sugesti pascahipnotik
Ø
bahan2 yg berasal dari teknik2 asosiasi bebas
Ø bahan2 yg berasal dari teknik proyektif
MEKANISME
PERTAHANAN EGO
Menurut Freud ada tujuh macam mekanisme pertahanan ego, yaitu :
1. Represi
Yang dimaksud dengan represi adalah mekanisme yang dilakukan oleh ego untuk
meredakan kecemasan dengan jalan menekan dorongan-dorongan atau
keinginan-keinginan yang menjadi penyebab kecemasan tersebut kedalam tak sadar
2. Sublimasi
Yang dimksud dengan sublimasi adalah mekanisme pertahanan ego yang ditujukan
untuk mencegah dan atau meredakan kecemasan dengan cara mengubah dan
menyesuaikan dorongan primitive id yang menjadi penyebab kecemasan ke dalam
bentuk (tingkah laku) yang bisa diterima dan bahkan dihargai oleh masyarakat.
Contohnya seorang yang pemuda yang mengalami kecemasan sehubungan dengan hasrat
seksualnya yang besar, kemudia bergiat dibidang olahraga.
3. Proyeksi
Yang dimaksud
dengan proyeksi adalah pengalihan dorongan, sikap atau tingkah laku yang
menimbulkan kecemasan pada orang lain. Sebagai contoh seorang siswa yang malas
kemudian tidak lulus ujian mengatakan kepada orang tuanya, bahwa dia tidak
lulus bukan karena malas, malainkan karena guru sentimen kepadanya.
4. Displacement
Yang dimaksud
dengan displacement adalah pengungkapan dorongan yang menimbulkan kecemasan kepada
objek atau individu yang kurang berbahaya atau kurang mengancam dibanding
dengan objek atau individu semula. Contohnya, seorang siswa yang dihukum oleh
gurunya kemudian melampiaskan keinginan untuk melakukan pembalasan dengan
merusak perabotan sekolahnya.
5. Rasionalisasi
Istilah
rasionalisasi menunjuk kepada upaya individu menyelewengkan atau
memutarbalikkan kenyataan, dalam hal ini kenyataan yang mengancam ego, malalui
dalih atau alasan tertentu seakan-akan masuk akal sehingga kenyataan tersebut
tidak mengancam ego individu yang bersangkutan. Contoh, seorang pemuda berniat
mendekati seorang gadis cantik yang menarik hatinya. Tetapi karena takut
ditolak, si pemuda memberikan alasan bahwa gadis tersebut sesungguhnya tidak
menarik.
6. Reaksi formasi
Kadang-kadang ego individu bisa mengendalikan
dorongan-dorongan primitive agar tidak muncul sambil secara sadar menungkapkan
tingkah laku sebaliknya.contoh dari reaksi formasi adalah seorang ibu membenci
anaknya, tetapi karena kebencian terhadap anak itu merupakan suatu sikap yang
tercela dan karenanya membuat si ibu mengalami rasa berdosa dan kecemasan, maka
si ibu kemudian mengungkapkan sikap sebaliknya, yakni menyayangi anaknya secara
berlebihan.
7. Regresi
Yang dimaksud dengan regresi adalah suatu
mekanisme dimana individu untuk menghindarkan diri dari kenyataan yang
mengancam, kembali ke taraf perkembangan yang lebih rendah itu. Contoh seorang
anak yang merasa cemas kasih saying orang tuanya direbut oleh adiknya yang baru
lahir, menjadi sering ngopol ketika dia masih bayi.
Teori Perkembangan
Psikoseksual Freud
- Fase Oral – sensori (lahir sd 18 bln)
Ciri tahapan:
Aktifitas melibatkan mulut ( mengunyah, menggigit, menghisap)→ sumber
kenikmatan
Jika terhalang→ kompensasi dimasa yg akan datang : mengunyah prmen karet, merokok, makan
Jika terhalang→ kompensasi dimasa yg akan datang : mengunyah prmen karet, merokok, makan
- Fase Anal (18 bln – 3th)
- Pemuasan kenikmatan sensual berasal dari retensi dan pengeluaran feses
- Konflik → toileting..dan nampak pada saat konstipasi, kelambatan dan kesakitan.
- Fase Phalic (3-5th)
- Manipulasi genetalia mengahasilkan sensasi yg luar biasa menyenangkan
- Mastrubasi, Keingin tahuan sex terbukti
- Sesuatu yg timbul dari kompleks Oedipus dan Electra
- Lancang, malu, dan takut
- Fase Laten (6th-12th)
- 6th-pubertas/ masa sekolah
- Periode tenag, kegiatan seksual tsb tidur
- Koping dan difen mekanisme muncul pada tahap ini
- Keterkaitan seks dialihkan melalui bermaindan perolehan ketrampilan
- Genetal(12-21th)
- Genetal menjadi pusat tekanan dan kesenangan seksual
- Produksi hormon seksual menstimulasi perkembanagan hub Heteroseksual
- Waktu peningkatan biologis pada saat peningkatan emosi yang belum matur sering terjadi pada awal fase
- Perkembangan untuk memberi dan menerima cinta yg matang
·
Pasien dewasa
·
Berbagai psikosis melibatkan defisit dalam
fungsi ego otonom pada integrasi (pengaturan) pikiran, dalam kemampuan
abstraksi, dan dalam hubungan dengan kenyataan dan uji kenyataan. Dalam depresi
dengan ciri-ciri psikotik, fungsi pemeliharaan diri juga dapat rusak
(kadang-kadang dengan pengaruh depresi berlebihan). Karena defisit integratif
(sering menyebabkan apa yang psikiater umum sebut “asosiasi longgar,” “
benturan (blocking),” “ lompat gagasan (flight of ideas),” “
palilalia (verbigeration),” dan “penarikan pikiran"), pengembangan
representasi diri dan objek yang terganggu. Oleh karena itu, secara klinis,
penderita psikotik menderita keterbatasan nyata dalam kehangatan, empati,
kepercayaan, identitas, kedekatan dan/atau stabilitas dalam hubungan (karena
ada masalah dengan kecemasan integrasi diri dan objek) juga.
·
Pada pasien yang fungsi ego otonomnya lebih
utuh, tapi yang masih menunjukkan masalah dengan hubungan-hubungan objek,
diagnosis sering jatuh ke dalam kategori yang dikenal sebagai “batas (borderline).”
Pasien borderline juga menunjukkan defisit, seringkali dalam
mengendalikan impuls, pengaruh, atau fantasi, tetapi kemampuan mereka untuk
menguji kenyataan tetap kurang lebih utuh. Orang dewasa yang tidak mengalami
rasa bersalah dan malu, dan yang menikmati perilaku kriminal, biasanya
didiagnosis sebagai psikopat, atau dengan menggunakan DSM- IV-TR, sebagai
penderita gangguan kepribadian antisosial.
·
Panik, fobia, konversi, obsesi, kompulsi, dan
depresi (analis menyebutnya "gejala neurotik") biasanya tidak disebabkan
oleh defisit dalam fungsi. Sebaliknya, mereka disebabkan oleh konflik
intrapsikis. Konflik umumnya berkisar antara keinginan seksual dan keinginan
bermusuhan yang agresif, rasa bersalah dan malu, dan faktor realitas. Konflik
mungkin terjadi secara sadar atau tidak sadar, tapi menciptakan kecemasan, efek
depresif, dan kemarahan. Akhirnya, berbagai elemen tersebut dikelola oleh
operasi defensif, yaitu mekanisme menutup otak yang membuat orang tidak
menyadari adanya unsur konflik. “Repression” adalah istilah yang diberikan
kepada mekanisme yang menutup pikiran dari kesadaran. “Isolation of affect”
adalah istilah yang digunakan untuk mekanisme yang menutup sensasi dari
kesadaran. Gejala neurotik dapat terjadi dengan atau tanpa defisit dalam fungsi
ego, hubungan-hubungan objek, dan kekuatan ego. Oleh karena itu, tidak jarang
menemukan penderita skizofrenia obsesif-kompulsif, pasien panik yang juga
menderita gangguan kepribadian borderline,dll.
·
Asal Masa Kanak-Kanak
·
Teori Freudian percaya bahwa masalah dewasa
dapat ditelusuri dari konflik yang belum diselesaikan dari fase-fase tertentu
dari masa kanak-kanak dan remaja, yang disebabkan oleh
fantasi yang berasal dari mereka sendiri. Freud, berdasarkan data yang
dikumpulkan dari pasien di awal kariernya, menduga bahwa gangguan neurotik
terjadi ketika anak-anak mengalami pelecehan seksual di masa kecil (yang
disebut teori seduksi). Kemudian, Freud menjadi percaya bahwa, meskipun
kekerasan terhadap anak terjadi, gejala neurotik tidak ada kaitannya dengan hal
ini. Dia percaya bahwa orang-orang neurotik sering mengalami konflik bawah
sadar yang melibatkan fantasi incest yang berasal dari berbagai tahap
perkembangan. Ia menemukan tahapannya dari sekitar tiga sampai enam tahun
(tahun-tahun prasekolah, (sekarang ini disebut "tahap genital
pertama") yang diisi dengan fantasi memiliki hubungan romantis dengan
kedua orang tuanya. Argumen dengan cepat dihasilkan di Wina pada awal abad
ke-20 tentang apakah seduksi orang dewasa terhadap anak-anak, yaitu pelecehan
seksual, adalah dasar dari penyakit neurotik. Masih belum ada
kesepakatan lengkap, meskipun saat ini para profesional mengakui adanya efek
negatif dari pelecehan seksual terhadap kesehatan mental anak.
·
Banyak psikoanalis yang bekerja anak-anak telah
mempelajari efek pelecehan anak yang sebenarnya, yang meliputi defisit ego dan
hubungan objek serta konflik neurotik yang parah. Banyak penelitian telah
dilakukan pada jenis trauma ini di masa kanak-kanak, dan gejala sisanya pada
saat mereka telah dewasa. Dalam mempelajari faktor masa kanak-kanak yang memicu
timbulnya gejala neurotik, Freud menemukan sekumpulan faktor yang untuk alasan
penulisan, disebutnya sebagai “Oedipus Kompleks” (berdasarkan drama karya Sophokles, Oedipus Rex, di mana sang tokoh protagonis
tanpa disadari membunuh ayahnya, Laius dan menikahi ibunya, Jocasta). Validitas
Oedipus Kompleks sekarang banyak diperdebatkan dan ditolak.Istilah singkatnya, yaitu ‘oedipal’
kemudian dijelaskan oleh Joseph J. Sandler di dalam buku On the Concept
Superego (1960) dan dimodifikasi oleh Charles Brenner di dalam buku The
Mind in Conflict (1982) dengan mengacu pada kasih sayang anak-anak untuk
orang tua mereka pada tahun-tahun prasekolah. Keterangan tambahan ini
melibatkan fantasi hubungan seksual dengan salah satu atau kedua orang tuanya,
dan, karena itu, fantasi kompetitif terhadap salah satu atau kedua orang
tuanya. Humberto Nagera (1975) telah sangat membantu dalam menjelaskan banyak
kompleksitas anak pada tahun-tahun ini.
·
Konflik oedipal yang “positif” maupun “negatif”
telah melekat pada aspek heteroseksual dan homoseksual. Keduanya tampaknya
terjadi dalam perkembangan kebanyakan anak-anak. Akhirnya, berkembangnya
konsesi anak terhadap realitas (bahwa mereka tidak akan menikah dengan salah
satu orangtua dan menghilangkan yang lainnya) menyebabkan timbulnya
identifikasi anak dengan nilai-nilai orang tua. Identifikasi ini umumnya
membuat rangkaian baru dari bekerjanya mental mengenai nilai-nilai dan rasa
bersalah, yang dimasukkan di bawah istilah “superego”. Selain perkembangan
superego, anak-anak “menyelesaikan" konflik oedipal prasekolah mereka
dengan menyalurkan keinginan terhadap sesuatu yang disetujui orang tua mereka
("sublimasi"). Selain itu, perkembangan tersebut terjadi selama
tahun-tahun usia sekolah ("latency") di mana terdapat manuver
defensif obsesif-kompulsif yang sesuai dengan usia (aturan, permainan
berulang).
Tujuan terapi Psikoanalisis
·
Membentuk kembali struktur karakter individu dg
jalan membuat kesadaran yg tak disadari didalam diri klien
·
Focus pd uapaya mengalami kembali pengalaman
masa anak2
Fungsi & peran Terapis
·
Terapis / analis membiarkan dirinya anonym serta
hny berbagi sedikit perasaan & pengalaman shg klien memproyeksikan dirinya
kepada teapis / analis
·
Peran terapis
Ø
Membantu klien dalam mencapai kesadaran diri,
kejujuran, keefektifan dalam melakukan hub personal dlm menangani kecemasan
secara realistis
Ø
Membangun hub kerja dg klien, dg byk mendengar
& menafsirkan
Ø Terapis memberikan perhatian khusus pada
penolakan2 klien
Ø Mendengarkan kesenjangan2 &
pertentangan2 pd cerita klien
Tekhnik-tekhnik terapi
Terapi Psikoanalisis
1.
Asosiasi bebas
→ adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman2 masa lalu &
pelepasan emosi2 yg berkaitan dg situasi2 traumatik di masa lalu.
Asosiasi bebas sebagai teknik utama dalam
psikoanalisis. Salah satu pasien Freud, menyebut metode free
association sebagai “penyembuhan dengan bicara”. Maksudnya suatu
metode terapi yang dirancang untuk memberikan kebebasan secara total kepada
pasien dalam mengungkapkan segala apa yang terlintas dibenaknya, termasuk
mimpi-mimpi, berbagai fantasi, dan hal-hal konflik dalam dirinya tanpa
diagenda, dikomentari, ataupun banyak dipotong, apalagi disensor. Asosiasi
bebas merupakan suatu metode pemanggilan kembali
pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi-emosi yang
berkaitan dengan situasi traumatis masa lalu, yang kemudian dikenal
dengan katarsis. Asosiasi merupakan salah satu dari peralatan dasar
sebagai pembuka pintu keinginan, khayalan, konflik, serta motivasi yang tidak
disadari. Dalam tehnik ini Freud menggunakan Hipnotis untuk
mendapatkan data-data dari klien mengenai hal-hal yang dia pikirkan dialam
bawah sadarnya, dengan tehnik ini klien dapat mengutarakan apapun yang dia
rasakan tanpa ada yang disembunyikan sehingga psikoterapis dapat menganalisis
masalah apa yang sebenarnya terjadi pada klien. Penerapan metode ini dilakukan
dengan posisi klien berbaring diatas dipan/sofa sementara terapis duduk
dibelakangnya, sehingga tidak mengalihkan perhatian klien pada
saat-saat asosiasinya mengalir dengan bebas. Dalam hal ini terapis fokus
bertugas untuk mendengarkan, mencatat, menganalisis bahan yang direpres,
memberitahu/membimbing pasien memperoleh insight (dinamika yang
mendasari perilaku yang tidak disadari).
2.
Penafsiran
→ Adalah suatu prosedur dalam menganalisa asosiasi2 bebas, mimpi2,
resistensi2 dan transferensi
* bentuk nya = tindakan analis
yg menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien makna2 t.l
3.
Analisis Mimpi
→ Suatu prosedur yg penting untuk menyingkap bahan2 yg tidak disadari dan
memberikan kpd klien atas beberapa area masalah yg tak terselesaikan.
Studi Freud yang mendalam tentang mimpi melahirkan
pandangan-pandangan kritisnya tentang hal ini. Baginya mimpi merupakan
perwujudan dari materi atau isi yang tidak disadari, yang memasuki kesadaran
lewat yang tersamar dan bersifat halusinasi atas keinginan-keinginan yang
terpaksa ditekan. Mimpi memiliki dua taraf, yaitu isi laten dan isi manifes.
Isi laten terdiri atas motif-motif yang disamarkan, tersembunyi,
simbolik, dan tidak disadari. Karena begitu menyakitkan dan mengancam, maka
dorongan-dorongan seksual dan perilaku agresif tak sadar ditransformasikan ke
dalam isi manifes yang lebih dapat diterima, yaitu impian yang tampil pada si
pemimpi sebagaimana adanya. Bagian teori tentang mimpi yang paling hakiki dan
vital bagi Freud adalah adanya kaitan antara distorsi mimpi dengan suatu
konflik batiniah atau semacam ketidakjujuran batiniah. Oleh karena itu Freud
mencetuskan teknik analisis mimpi. Analisis mimpi merupakan prosedur yang
penting untuk membuka hal-hal yang tidak disadari dan membantu klien
untuk memperoleh pemahaman kepada masalah-masalah yang belum terpecahkan.
Selama tidur, pertahanan-pertahanan melemah, sehingga
perasaan-perasaan yang direpres akan muncul ke permukaan,
meski dalam bentuk lain. Freud memandang bahwa mimpi merupakan “jalan istimewa
menuju ketidaksadaran”, karena melalui mimpi tersebut hasrat-hasrat,
kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan tak sadar dapat diungkapkan. Pada teknik ini
biasanya para psikoterapis memfokuskan mimpi-mimpi yang bersifat berulang,
menakutkan dan sudah pada taraf mengganggu. Tugas terapis adalah mengungkap
makna-makna yang disamarkan dengan mempelajari simbol-simbol yang terdapat
dalam isi manifes. Di dalam proses terapi, terapis juga dapat meminta
klien untuk mengasosiasikan secara bebas sejumlah aspek isi manifes impian
untuk mengungkap makna-makna yang terselubung.
4.
Analisis dan Penafsiran Resistensi
→ Ditujukan untuk membantu klien agar menyadari alasan2 yg ada dibalik
resistensi shg dia bias menanganinya.
Resistensi adalah sesuatu yang melawan kelangsungan
terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tidak disadari. Selama
asosiasi bebas dan analisis mimpi, klien dapat menunjukkan
ketidaksediaan untuk menghubungkan pikiran, perasaan, dan
pengalaman tertentu. Freud memandang bahwa resistensi dianggap sebagai
dinamika tak sadar yang digunakan oleh klien sebagai pertahanan terhadap
kecemasan yang tidak bisa dibiarkan, yang akan meningkat jika klien menjadi
sadar atas dorongan atau perasaan yang direpres tersebut. Analisis dan
penafsiran resistensi, ditujukan untuk membantu klien agar menyadari
alasan-alasan yang ada dibalik resistensi sehingga dia bisa menanganinya, terapis
meminta klien menafsirkan resistensi. Tujuannya adalah mencegah
material-material mengancam yang akan memasuki kesadaran klien, dengan cara
mencegah klien mengungkapkan hal-hal yang tidak disadarinya.
5.
Analisis & Penafsiran Transferensi
→ Adalah teknik utama dalam Psikoanalisis krn mendorong klien untuk
menghidupkan kembali masa lalu nya dalam terapi.
Transferensi adalah pengalihan sikap, perasaan dan
khayalan pasien. Transferensi muncul dengan sendirinya dalam proses terapeutik
pada saat dimana kegiatan-kegiatan klien masa lalu yang tak terselesaikan
dengan orang lain, menyebabkan dia mengubah masa kini dan mereaksi kepada
analisis sebagai yang dia lakukan kepada ibunya atau ayahnya ataupun siapapun.
Transferensi berarti proses pemindahan emosi-emosi yang terpendam atau ditekan
sejak awal masa kanak-kanak oleh pasien kepada terapis. Dalam keadaan
neurosis, merupakan pemuasan libido klien yang diperoleh melalui mekanisme
pengganti atau lewat kasih sayang yang melekat dan kasih sayang pengganti.
Transferensi dinilai sebagai alat yang sangat berharga bagi terapis untuk
menyelidiki ketidaksadaran pasien karena alat ini mendorong klien untuk
menghidupkan kembali berbagai pengalaman emosional dari tahun-tahun awal
kehidupannya. Teknik analisis transferensi dilakukan agar klien mampu
mengembangkan tranferensinya guna mengungkap kecemasan-kecemasan yang dialami
pada masa lalunya (masa anak-anak), sehingga terapis punya kesempatan untuk
menginterpretasi tranferen. Dan pada teknik ini terapis menggunakan sifat-sifat
netral, objektif, anonim, dan pasif serta tidak memberikan saran.
Terapi psikoanalisa ini
dapat dihentikan atau dianggap selesai saat klien mengerti akan kenyataan yang
sesungguhnya, alasan mengapa mereka melakukan perilaku abnormal, dan menyadari
bahwa perilaku tersebut tidak seharusnya mereka lakukan, lalu mereka sadar
untuk menghentikan perilaku itu. Terapi psikoanalisa bertujuan untuk mengubah
kesadaran individu, sehingga segala sumber permasalahan yang ada didalam diri
individu yang semulanya tidak sadar menjadi sadar, mengatasi tahap-tahap
perkembangan tidak terpecahkan, membantu klien menyesuaikan dan mengatasi
masalahnya, rekonstruksi kepribadian serta meningkatkan kontrol ego sehingga
dapat menghadapi kehidupan yang realita, dan mengubah perilaku klien menjadi
lebih positif.
Terapi psikoanalisa ini
lebih efektif digunakan untuk mengetahui masalah pada diri klien, karena
prosesnya dimulai dari mencari tahu pengalaman-pengalaman masa lalu pada diri
klien. Apalagi terapi ini memiliki dasar teori yang kuat. Terapi ini bisa
membuat klien mengetahui masalah apa yang selama ini tidak disadarinya. Namun
terapi ini tetap memiliki kekurangan seperti diperlukan waktu yang panjang
dalam melaksanakan terapi, memakan biaya yang banyak, dan memungkinkan klien
menjadi jenuh saat terapi.
DAFTAR PUSTAKA
- Gerald, Corey. (2005). Theory and Practice of Counseling and Psychoterapy. Thompson learning: USA.
- Palmer, Stephen. (2011). Konseling Psikoterapi diterjemahkan dari Introduction to Counselling and Psychotherapy. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
- D.Gunarsa, Prof.DR.Singgih. (1992). Konseling dan Psikoterapi. Gunung Mulia: Jakarta.
- Hartosujono. Diktat Psikologi. Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa: Yogyaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar