Cari Blog Ini

Rabu, 17 Agustus 2016

MODIFIKASI PERILAKU Pada Perilaku Adiksi Rokok dan Vaporizer



MODIFIKASI PERILAKU
Pada Perilaku Adiksi Rokok dan Vaporizer







Disusun oleh  :
Farid Hikmatullah       (12512773)
M. Rieva N. B.            (14512820)
Rikzan Akbar              (16512384)






FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2016




1.             Identitas Subjek

Nama (Inisial)    : H. A. R.
TTL                    : Jakarta, 07 November 1994
Usia                   : 21
Suku                  : Jawa
Anak ke             : 2 dari 2 bersaudara
Pendidikan        : SMA
Status                 : Lajang
Pekerjaan           : Mahasiswa
Hobi                   : drifting, main musik, menyanyi

2.             Tabel Observasi Wawancara
No.
Hari dan tanggal
Keterangan
1.       
Minggu, 03 April 2016
Membuat janji dengan subjek
2.       
Senin, 04 April 2016
Wawancara dan observasi subjek
3.       
Senin, 04 April 2016
Wawancara teman dekat subjek

3.             Observasi
Observasi dilakukan pada hari Senin, 04 April 2016 pukul 12.00 WIB pada saat sebelum sesi wawancara dan sesudah wawancara. Pada saat sebelum wawancara, observasi dilakukan kurang lebih 45 menit. Observasi dilakukan di kantin teknik UI tepatnya di smoking area kantin. Suasana kantin pada saat observasi sangat ramai karena tepat pada jam makan siang mahasiswa.
Di smoking area yang berukuran kurang lebih 3 x 3 meter, diisi oleh 10-12 mahasiswa yang sedang makan ataupun bersantai sambil merokok. Subjek pada saat itu sedang mengerjakan skripsi sambil meminum segelas es teh dan mulai membakar rokok pertama. Tidak lama kemudian datang satu orang teman subjek dan saling mengobrol hingga rokok pertama subjek habis. Saat membakar rokok kedua, subjek menawarkan rokok pada temannya dan temannya ikut merokok.Sudah 2 batang rokok yang dihabiskan subjek dalam jangka waktu yang cukup dekat.
Sekitar 15 menit kemudian teman subjek yang lain datang. Teman kedua ini membawa rokok sendiri dan mulai membakar rokoknya. Setelah rokok kedua subjek sudah habis, subjek tidak langsung membakar rokok tetapi dia menghabiskan minumannya terlebih dahulu dan mengobrol sambil melanjutkan mengerjakan skripsinya. Subjek kemudian terlihat frustasi dengan tugasnya, terlihat dari dia memukul meja dan kata-kata yang dikeluarkan seperti damn, shit, dll.
Subjek kemudian mematikan laptopnya dan membakar rokok ketiga. Subjek sempat menawarkan rokok pada temannya namun temannya menolak untuk merokok lagi. Saat merokok, subjek terdengar bernyanyi disela-sela obrolan. Subjek terdengar protes dengan kondisi yang agak berangin karena membuat rokoknya cepat habis. Sesaat rokoknya habis subjek membakar rokok keempat sekaligus rokok terakhirnya karena terlihat dibungkusnya sudah kosong. Pada saat rokok terakhir belum habis, teman dari observer datang untuk melakukan wawancara dan subjek membuang rokoknya yang masih ada setengah.
Pada saat observasi setelah wawancara, subjek tidak merokok karena stok rokoknya sudah habis. Subjek berkeliling kantin untuk mencari temannya untuk meminta sebatang rokok namun tidak ada yang dia kenal pada saat itu. Subjek akhirnya menemani observer makan siang. Pada saat makan siang, subjek seperti gelisah dan tidak fokus, terlihat dari subjek yang mengoyang-goyangkan kaki saat bicara, melamun, dan sering salah ucap. Pada saat observer pamit, subjek juga pamit namun ketika meninggalkan meja subjek tidak sadar jika handphone nya tertinggal diatas meja padahal letaknya tepat dihadapan subjek. Pada pukul 14.00 WIB observasi selesai.





4.             Anamnesa
3.        Auto anamnesa
Subjek yang kami wawancara ada seorang mahasiswa teknik mesin UI semester 8. Subjek merupakan seorang perokok aktif dan juga pengguna vaporizer. Dari hasil wawancara subjek, terdapat pernyataan dari subjek bahwa awal mula mengkonsumsi rokok akibat dari pergaulan. Subjek baru mengkonsumsi rokok ketika dia duduk di semester 3 saat kuliah. Sebelumnya subjek sama sekali tidak merokok. Subjek mengatakan bahwa dia mencoba rokok karena merasa tertekan dengan tugas-tugas lalu temannya menawarkan rokok sebagai penghilang stress.
Subjek saat pertama kali mencoba untuk merokok merasakan sugesti bahwa rokok dapat meredakan tekanan-tekanan yang dirasakannya. Mula-mula subjek hanya mengkonsumsi 4-5 batang rokok per hari, namun subjek akhirnya mampu menghabiskan sampai 2 bungkus rokok dalam satu hari. Subjek pun mulai merasakan gangguan pada fisik seperti mudah lelah saat berjalan, namun tidak ada pernyataan dari subjek keinginan untuk berhenti.
Subjek lalu melihat iklan tentang vaporizer dan temannya ada yang mengkonsumsi vaporizer. Saat itu vaporizer masih menjadi barang yang belum terlalu dikenal. Subjek mengatakan bahwa vaporizer memiliki rasa yang lebih enak. Selain itu, vaporizer juga mengandung nikotin, zat yang dicari subjek untuk meredakan stressnya. Menurut subjek, vaporizer lebih enak dan tidak bau jadi bisa digunakan di kamar. Subjek merasa kondisi fisiknya lebih prima semenjak beralih dari rokok ke vaporizer. Subjek mengatakan sudah mulai kuat jogging 30-60 menit, tetapi subjek merasa kepala lebih berat. Selain itu subjek merasa pengeluarannya jadi lebih besar karena sanggup menghabiskan biaya hingga 200.000 per minggu dan diantara teman-temannya subjek yang paling irit dalam pengeluaran untuk vapor.
Orang tua subjek khawatir dengan penggunaan vapor karena alat tersebut masih awam. Orang tua subjek khawatir dengan keamanan alatnya, dengan kandungan zat-zatnya. Karena dorongan dari orang tua dan menghabiskan lebih banyak biaya, subjek akhirnya kembali menggunakan rokok konvensional. Subjek saat ini mengatakan dia tidak bisa lepas dari rokok karena sedang menghadapi skripsi namun subjek mengaku sudah tidak menghabiskan 2 bungkus per hari melainkan 1 bungkus per hari.
Subjek mengatakan bahwa vapor lebih bagus untuk paru-paru daripada rokok biasa, namun vapor membutuhkan perawatan khusus yang tidak semua orang paham. Subjek mengatakan bahwa ada kasus yang vapornya meledak sehingga melukai penggunanya secara serius. Dari segi efek, subjek mengatakan jika menggunakan vapor, konsumsi jadi tidak terkontrol karena rasa yang manis membuat kita ingin lagi. Hal ini mengakibatkan jumlah nikotin yang masuk ke tubuh tidak terkontrol, berbeda dengan rokok yang bisa dikontrol. Subjek mengatakan jika sudah mengkonsumsi 10 batang rokok dalam waktu dekat ada keinginan untuk istirahat sebentar.
Subjek menggunakan vaporizer selama 1 tahun lebih dan faktor yang menyebabkan subjek menjadi ketagihan dengan vaporizer karena anti-mainstream, rasa lebih enak, tidak bau sehingga orang-orang disekitar lebih menyukai asap dari vapor. Namun efek samping yng ditimbulkan pengeluaran membengkak dan konsumsi tidak terkontrol. Subjek mengatakan rata-rata orang menghabiskan vapor 30ml dalam 1 minggu, namun dia bisa menghabiskan dalam 2 hari.
Subjek mengatakan jika dalam sehari dia tidak mengkonsumsi rokok, ada perasaan gelisah, adrenalin meningkat, rasa tidak nyaman pada mulut dan craving untuk mengkonsumsi nikotin. Subjek sering merasa craving pada saat bangun tidur dan mau tidur. Subjek ketika craving namun tidak punya rokok atau uang untuk membeli rokok, maka subjek akan mencari orang untuk meminta rokok.
Tanggapan orang-orang terdekat subjek seperti teman-teman nongkrongnya beberapa meragukan sikap subjek yang beralih dari rokok biasa ke vaporizer. Tanggapan pacar subjek lebih mendukung subjek beralih ke vaporizer, padahal pacar subjek kuliah kedokteran. Menurut subjek sikap positif pacarnya itu dikarenakan kakak dari pacar subjek juga pengguna vaporizer.
Subjek mengatakan bahwa dirinya terikat dengan rokok, baik dalam keadaan stress maupun santai. Subjek tidak merokok hanya ketika sedang berduaan dengan lawan jenis, karena menurut subjek untuk menjaga kesopanan. Subjek juga mengkonsumsi rokok setelah habis berolahraga, terutama setelah renang. Sikap subjek yang mengkonsumsi vaporizer saat berlebihan tidak diketahui oleh orang tuanya, tetapi pacar subjek mengetahui hal tersebut dan menegur subjek.
Subjek saat ini sudah beralih kembali ke rokok konvensional karena faktor ekonomi. Saat masih menggunakan vaporizer, saat bangun tidur hal yang dicari adalah handphone dan vaporizer tetapi karena sudah beralih ke rokok biasa subjek hanya mencari handphone karena dirumah dia tidak bisa merokok.Biaya yang dihabiskan subjek dalam seminggu untuk membeli rokok bisa sampai 100.000. Saat keadaan sakit subjek biasanya tidak merokok tetapi jika hanya sakit ringan seperti sakit tenggorokan subjek tetap mengkonsumsi rokok.
Batas waktu terlama subjek tidak mengkonsumsi rokok hanya 2 hari ketika sedang berada dirumah saat akhir pekan. Subjek mengetahui kandungan dan komposisi vaporizer, subjek juga mengaku mampu membuat cairan vapor sendiri. Subjek sempat khawatir dengan efek samping menggunakan vapor namun karena sudah ketergantungan jadi subjek tetap mengkonsumsi vaporizer. Meskipun subjek seorang perokok tetapi subjek kurang setuju apabila ada wanita yang menjadi perokok. Tempat-tempat subjek mengkonsumsi rokok dan vapor saat dikampus antara lain di kantin yang ada ruangan merokoknya dan lorong-lorong kampus apabila sudah tidak ada dosen.
Untuk menutupi kebutuhan adiksinya subjek hanya mengandalkan uang saku dari orang tua. Subjek juga mengetahui komunitas-komunitas yang menjadi wadah para pengguna vaporizer. Subjek juga merupakan anggota komunitas vaporizer berdasarkan toko langganan subjek membeli vapor. Menurut subjek perlu dibuat regulasi tentang vaporizer agar masyarakat tidak ragu atau takut dengan vaporizer. Subjek pun memiliki keinginan untuk mengurangi konsumsi rokok dan vaporizer karena untuk mempersiapkan dunia kerja. Subjek mengatakan bahwa vaporizer mudah disalahgunakan dengan cara dicampur zat-zat narkoba seperti yang teman subjek lakukan dengan cara mencampur ekstrak ganja dengan vaporizer. Efek samping yang sering dirasakan oleh subjek saat mengkonsumsi vaporizer secara berlebihan antara lain dehidrasi, pusing, dan badan merasa berat.

4.        Allo anamnesa
Significant other subjek yang diwawancara merupakan teman dekat subjek. SO sudah mengenal subjek sejak SMA. Menurut pernyataan SO, subjek dulu sama sekali bukan perokok saat SMA. Subjek dulu terlihat seperti anti rokok karena ayah subjek bukan seorang perokok.
SO subjek juga seorang perokok bahkan lebih dahulu menjadi perokok sebelum subjek. Menurut SO, subjek baru baru merokok saat duduk di bangku kuliah. SO sering menawarkan rokok pada subjek tetapi sering ditolak, namun subjek menjadi perokok saat semester 3. SO sempat kaget dengan perubahan subjek yang menjadi seorang perokok dan hal ini ditanggapi positif. SO mengatakan subjek menjadi perokok akibat stress tugas dan pergaulan anak teknik yang rata-rata perokok.
SO mengatakan bahwa subjek mengkonsumsi vaporizer saat semester 5 atau 6. SO awalnya tidak mengenali alat vaporizer yang dibawa subjek. Ketika subjek beralih ke vaporizer, SO tidak terlalu khawatir tentang peralihan subjek. SO pun sering ikut mencoba vaporizer milik subjek. Menurut SO, vaporizer lebih enak dibandingkan rokok biasa. Subjek pun selalu merokok saat sedang bersantai atau main dengan teman-teman. SO mengatakan bahwa subjek merasa lebih lemah staminanya saat berolahraga. SO mengatakan subjek sering meminta rokok apabila sedang jenuh dengan vaporizer.
SO tidak begitu mengetahui efek yang ditimbulkan oleh vaporizer dibandingkan dengan rokok, tetapi SO mengatakan pasti ada efek tertentu untuk tubuh. Menurut SO, tidak ada perubahan sikap dari subjek setelah menjadi perokok dan pengguna vaporizer hanya saja pergaulan subjek terlihat lebih mahal. SO mengkonfirmasi bahwa subjek menghabiskan rokok hingga 2 bungkus dan menghabiskan vaporizer hanya 3 hari satu botol.


5.             Pembahasan
Adiksi dapat didefinisikan sebagai penyalahgunaan zat-zat adiktif secara berlebihan yang dikarakteristikan dengan memiliki banyak symptomps, tolerance, withdrawal, penggunaan zat yang melebihi keinginan, selalu gagal untuk berhenti, memiliki masalah fisik atau psikologis, dan mengalami masalah dalam beraktivitas (Kring, Johnson, Davison, & Neale, 2012).
Gathel menyatakan bahwa salah satu faktor resiko yang menyebabkan seorang remaja merokok adalah media massa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Piece bahwa iklan rokok yang menggambarkan kegiatan merokok sebagai salah satu lambang kedewasaan bagi kaum muda telah mendorong orang muda untuk lebih awal merokok. Beberapa studi pun menyimpulkan bahwa iklan tembakau meningkatkan konsumsi melalui beberapa cara: menciptakan lingkungan dimana penggunaan tembakau dilihat sebagai sesuatu yang positif dan biasa, mengurangi motivasi perokok untuk berhenti merokok, tidak mendorong terjadinya diskusi terbuka tentang bahaya penggunaan tembakau karena adanya kepentingan pemasukan dari iklan, dan yang paling utama adalah mendorong anak-anak dan remaja untuk mencoba merokok (Ria, Eti & Nurjanah, 2012).
Dari hasil observasi dan wawancara dengan subjek, ada indikasi bahwa subjek dikatakan mengalami ketergantugan dan penyalahgunaan zat berdasarkan kriteria adiksi dalam DSM IV-TR. Subjek mengkonsumsi rokok sejak duduk dibangku kuliah semester 3 dan sekarang sudah semester 8 yang berarti sudah hampir 3 tahun subjek mengkonsumsi rokok secara rutin dan mengkonsumi vaporizer 1 tahun lebih. Menurut DSM IV, substance use disorder terbagi menjadi substance abuse & substance dependence.
Substance abuse merupakan bentuk penggunaan zat adiktif yang maladaptif dan berujung kepada kerusakan atau stress yang dimanifestasikan oleh 1 atau lebih gejala tertentu dalam 12 bulan. Subjek yang sudah mengkonsumsi rokok dan vaporizer lebih dari 1 tahun menunjukkan gejala bahwa subjek akan tetap mengkonsumsi salah satu zat tersebut bahkan pada saat sakit. Gejala ini merupakan salah satu manifestasi dari DSM IV yaitu penggunaan berulang meskipun dalam keadaan yang membahayakan secara fisik.
Substance dependence merupakan ketergantungan terhadap zat adiktif yang ditandai dengan gejala toleran, withdrawal, penggunaan dosis yang besar untuk jangka waktu yang lama dan sulit untuk mengontrol penggunaan zat. Gejala-gejala tersebut harus ada minimal 3 atau lebih dan muncul setidaknya dalam 12 bulan penggunaan.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa subjek memiliki semua gejala yang ada pada substance dependence. Subjek mengaku bahwa merasa kesulitan untuk mengontrol konsumsi rokok terlebih lagi vaporizer. Subjek juga tidak mampu puasa merokok lebih dari seminggu. Hal ini merupakan manisfstasi dari gagalnya kemampuan subjek untuk menekan keinginan untuk mengkonsumsi rokok.
Gejala toleran juga ada di dalam hasil wawancara. Subjek awalnya hanya mengkonsumsi paling banyak 5 batang rokok per hari tetapi subjek pernah mengkonsumsi hingga 2 bungkus per hari meskipun saat ini sudah berkuang menjadi sebungkus per hari. Gejala withdrawal juga ada dalam diri subjek, terbukti dari hasil wawancara subjek mengaku akan merasa gelisah dan ada rasa tidak nyaman pada mulut jika seharian tidak merokok. Subjek juga beralih dari rokok ke vaporizer untuk mendapatkan efek nikotin yang sama. Peralihan zat lain untuk mendapatkan efek yang sama juga merupakan bentuk withdrawal.
Subjek juga mengkonsumsi rokok dan vaporizer dengan dosis yang diatas rata-rata. Subjek mengaku dapat menghabiskan 2 bungkus rokok dan 30ml liquid vaporizer dalam 2 hari dimana hal tersebut diakui subjek sudah diluar batas wajar. Subjek pun mengaku jika sedang mengkonsumsi vaporizer dia tidak bisa menentukan kapan harus berhenti. Hal ini merupakan bukti bahwa subjek mengkonsumsi zat dalam dosis besar dan dalam jangka waktu yang lama.
Dari gejala-gejala yang ada pada subjek, maka diindikasikan subjek mengalami ketergantungan dan penyalahgunaan zat terhadap rokok dan vaporizer. Jika dilihat dari hasil wawancara, subjek menjadi seorang pecandu rokok diawali dari ajakan teman-temannya dan subjek mengaku saat itu sedang banyak tekanan. Subjek menjadikan rokok sebagai alternatif untuk meringankan stress yang dialaminya. Jadi penyebab utama subjek menjadi seorang perokok merupakan akibat dari stress yang sering dirasakan subjek.

Dalam hal ini, subjek yang pada awalnya mengalami kecanduan diakibatkan ada tekanan dari luar yang membuat subjek merasa stress dan membutuhkan treatment yang membuat subjek mengurangi bahkan menghilangkan ketergantungan.
Ada beberapa treatment yang dapat membantu seseorang mengurangi perilaku ketergantungan terhadap merokok, diantaranya:
CBT (cognitive behaviour therapy) karena diperlukan perubahan pola pikir pada subjek dalam menyikapi keadaan dirinya yang mengalami ketergantungan dengan cara belajar untuk berkata tidak dan mengarahkan stress yang dialami subjek kearah yang lebih positif dan dengan diikuti latihan ketahanan peer pressure. Seperti yang kita ketahui bahwa ketika melihat seseorang yang sudah kecanduan khususnya dalam hal merokok sangat untuk melepaskan diri dari hal tersebut, maka dibutuhkan beberapa treatment yang harus diawali pada adanya kesadaran terhadap diri sendiri bahwa dirinya ingin berhenti merokok.
Treatment peer pressure ini diberikan karena lingkungan mayoritas subjek seorang perokok aktif. Pelatihan katahanan ini bertujuan untuk melatih mental subjek untuk berkata tidak ketika sedang ditawari rokok. Sebelum itu, subjek diberikan pemahaman baru tetang rokok seperti rokok banyak biaya, pemahaman terhadap efek-efek yang dialami dalam jangka pendek dan panjang, memberikan alternatif penghilang stress seperti berolahraga.
Treatment selanjutnya yaitu dengan pemberian punishment yang mengarah kepada extinction. Dengan cara pemberian jadwal merokok. Strategi ini adalah untuk mengurangi asupan nikotin secara bertahap selama beberapa minggu dengan mendapatkan persetujuan bahwa perokok setuju untuk meningkatkan waktu antara rokok. Misalnya, selama minggu pertama pengobatan, perokok yang tadinya satu bungkus sehari akan dimasukkan pada jadwal yang memungkinkan hanya 10 batang per hari; pada minggu kedua, hanya 5 batang rokok sehari yang akan diizinkan dan pada minggu ketiga, orang tersebut akan menuju pada tahap dimana ia tidak mendapatkan rokok lagi. Dengan cara ini, perilaku merokok seseorang dikendalikan oleh berlalunya waktu bukan oleh dorongan, suasana mood, atau situasi.
Terakhir, subjek disarankan untuk lebih memilih lingkungan yang sifatnya positif bagi dirinya seperti berkumpul dengan orang-orang yang tidak merokok. Karena menurut penelitian 70% seorang akan berhenti merokok apabila orang-orang terdekatnya berhenti merokok.

6.             Kesimpulan
Untuk memodifikasi perilaku tentuk subjek harus lebih dahulu sadar kalau ia mengalami ketergantungan dan menginginkan dirinya untuk berhenti terhadap penggunaan rokok maka terapis dapat memilih metode seperti CBT dan peer pressure.
CBT yang dimaksud disini yaitu merubah mindset subjek terhadap rokok dan mengarahkan stress yang dialami subjek kedalam hal hal yang lebih positif misalnya saja berolahraga.Sedangkan peer pressure yaitu membuat subjek berada pada satu kelompok dengan perokok aktif dan melatih mental subjek untuk berkata tidak ketika sedang ditawari rokok.
Selanjutnya peran keluarga dan orang-orang terdekat dalam memberikan reinforcement yang negatif yang berujung pada extinction.
Terapi CBT sebenarnya tidak akan efektif jika subjek sebenarnya tidak mau memahami bahwa dirinya ketergantungan dan menginginkan dirinya untuk berhenti dan tidak diikuti dengan terapi lainnya. Namun, terapi CBT akan sangat efektif jika diiringi oleh treatment peer pressure, smoking schedule dan peran keluarga dalam mengurangi ketergantungan.







Daftar Pustaka

Kring, A. M., Johnson, S. L., Davison, G. C., & Neale, J. M. (2012). Abnormal Psychology 12th ed. USA: John Wiley & Sons, Inc.
Pradania, R., Rimawati, E., & Nurjanah. (2012). Adiksi rokok mild/light pada mahasiswa. Jurnal Visikes, Vol 11. No.2.
Diagnostic And Statistical Manual of Mental Disorders IV-TR. (2012). Fourth edition: American Psychiatric Association.




1 komentar:

  1. Ayo bertaruh dan raih kemenangan Anda bersama kami.
    Kami dari S128Cash Bandar Judi Online Terbaik dan Terpercaya ingin mengajak Anda bergabung bersama kami.
    Semua permainan Populer tersedia disini, seperti Sportsbook, Live Casino, Sabung Ayam Online, IDN Poker dan masih banyak permainan lainnya.

    S128Cash juga menyediakan berbagai PROMO BONUS Menarik, seperti :
    - BONUS NEW MEMBER 10%
    - BONUS DEPOSIT SETIAP HARI 5%
    - BONUS CASHBACK 10%
    - BONUS 7x KEMENANGAN BERUNTUN !!

    Untuk transaksi DEPOSIT & WITHDRAW Online 24 Jam !!
    Bagi Anda yang malas ke ATM atau saldo lagi kosong, tidak perlu khawatir, Karena disini Anda dapat melakukan deposiit melalui OVO, GOPAY dan PULSA !!
    Sangat membantu bukan? Jadi apa lagi yang Anda tunggu? Segera daftarkan diri Anda dan nikmati kemenangan Anda.
    Hubungi kami :
    - Livechat : Live Chat Judi Online
    - WhatsApp : 081910053031

    Link Alternatif :
    - http://www.s128cash.biz

    Judi Bola

    Daftar Situs Judi Bola Terpercaya

    BalasHapus