Cari Blog Ini

Rabu, 31 Juli 2013

berpikir dan berbahasa



Berpikir dan Berbahasa
Disusun oleh :
Agustian
Andri Riyanto HMS HE
Farid Hikmatullah
M. Asykur Rois
Pandu Perdana
Shafarudin





DEPOK 2013
Kata Pengantar
Makalah ini disusun dengan menggunakan beberapa referensi yang baru dan dapat dipertanggung jawabkan isinya, dengan demikian diharapkan isinya dapat menguikuti perkembangan jaman. Makalah ini membahas secara komprehensif, karena pembahasnya mengambil dari buku-buku psikologi umum.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memberikan bahan acuan bagi pihak-pihak yang berminat mempelajari psikologi, tidak terbatas pada mahasiswa fakultas psikologi saja.
Kami selaku pihak penyusun makalah berpendapat bahwa masyarakat pada umumnya sepakat menyatakan bahwa hampir seluruh bidang kehidupan manusia membutuhkan pengetahuan tentang “Beripikir dan Berbahasa”.
Demi terwujudnya pembahasan yan g lebih baik maka segala saran dan masukan penyusun makalah ini mengharapkannya dan teriring ucapan terima kasih.
Depok : 27-03-2013












Daftar Isi
Kata Pengantar ....................................................................................................                1
Daftar Isi ..............................................................................................................                2
Bab I Pendahuluan .................................................................................................             3
Bab II Pembahasan ..............................................................................................              4
A.    Kegiatan Berpikir dan Berbahasa ......................................................             4
1.      Proses Belajar .................................................................................               4
2.      Konsep/Pengertian ............................................................................             4
3.      Cara Memperoleh Konsep ..............................................................               3
4.      Fungsi Konsep ...............................................................................                6
5.      Pemecahan Masalah .......................................................................                7
6.      Problem Solving Menurut Pandangan Behaviourisme dan Gestalt ..             7
7.      Cara Menarik Kesimpulan ..............................................................               8
B.     Tahap-Tahap Berpikir dan Berbahasa ..............................................             8
1.      Tahap Sensori Motor . .....................................................................               9
2.      Tahap Pra Operasi ..........................................................................                9
3.      Tahap Operasi Konkret ..................................................................                11
4.      Tahap Operasi Formal ....................................................................                12
C.    Bahasa dan Komunikasi ..........................................................  ...........             12
1.      Bahasa ...........................................................................................                 12
2.      Memecahkan Kalimat Menjadi Gagasan ..........................................             12
3.      Peringkat Bahasa ............................................................................               13
4.      Memperoleh Bahasa .......................................................................                13
Bab III .....................................................................................................................              14
A.    Kesimpulan ...................................................................................................             14
B.     Saran .............................................................................................................             14
Daftar Pustaka ........................................................................................................             15



Bab I
Pendahuluan
Selama beberapa saat, ingatalah masa saat anda duduk di bangku awal sekolah dasar. Topik apa sajakah yang anda pelajari dan strategi-strategi apa sajakah yang dipelajari. Kita mungkin berfokus pada pengetahuan-pengetahuan dan keterampilan-keterampilan dasar : mempelajari pengejaan huruf, membaca prosa-prosa sederhana, sedangkan pada masa-masa smu kita mempelajari topik-topik yang rumit sampai pada sistem pengklasifikasian biologis, peristiwa-peritiwa bersejarah dan sebagainya yang berisifat abstrak dan memiliki banyak segi.
Perbedaan-perbedaan tersebut mencerminkan fakta bahwa metode pengejaran haruslah sesuai dengan kondisi perkembangan para siswa dan juga mempertimbangkan karakteristik dan kemampuan-kemampuan fisik, kognitif, sosial dan emosional yang terkait dengan usia anak.
Dalam pembahasan ini kita akan mempelajari prinsip-prinsip umum perkembangan dan kemudian berfokus pada perubahan-perubahan dalam pemikiran dan penalaran dan dalam pemahaman dan penggunaan bahasa.












Bab II
Pembahasan
A.    Kegiatan Berpikir dan Berbahasa
Menurut Behaviourisme berpikir merupakan penguatan antara stimulus dan respon, menurut Asosiasionis berpikir merupakan asosiasi antara tanggapan yang satu dengan yang lain, sedangkan dari segi Kognisi : berpikir merupakan pemrosesan informasi mulai dari stimulus yang ada sampai ke pemecahan masalah
Berpikir merupakan proses kognitif yang berlangsung dri stimulus hingga respon untuk memecahkan masalah, membuat keputusan, menghasilkan suatu yang baru, melakukan adaptasi dengan lingkungan, membentuk dan memilih lingkungan.
1.      Proses belajar
Simbol yang digunakan dalam berpikir pada umumnya pada umunya adalah kata-kata dan bahasa, karena dapat menggunakan ribuan simbol dan kata-kata, maka manusia dapat berpikir secara lengkap. Masih ada satu lagi alat untuk berbahasa yaitu image (gambaran).
2.      Konsep atau Pengertian
Konsep merupakan konstruksi simbolik yang menggambarkan ciri atau beberapa ciri umum suatu objek ataju kejadian. Macam-macam konsep menurut walgito terdapat berbagai konsep :
a.       Konsep sederhana : konsep atau pengertian yang dibatasi dengan ciri atau atribut tunggal, misalnya merah.
b.      Konsep yang komplek : konsep atau pengertian yang tidak dibatasi oleh ciri yang tunggal, misalnya kreatif.
c.       Konsep konjungtif : konsep atau pengertian yang dibatasi oleh kaitan dua atau lebih ciri yang membantuk pengertian tersebut, misalnya zebra yaitu binatang yang menyusui seperti kuda tetapi kulitnya loreng.
d.      Konsep disjungtif : merupakan pengertian yang dibatasi dengan tiap ciri atau sifat yang membawa suatu objek dalam kelas atau jenis pengerian tersebut, misalnya alat tranport yang mencangkup kuda, truk, becak, bus, dan lain-lain.
e.       Konsep reltional : konsep atau pengertian yang mempunyai kaitan dengan pengertian lain, misalnya lebih berat atau lebih kurang dari.
Ciri atau sifat yang membentuk konsep atau pengertian disebut isi pengertian (komperhensi), sedangkan pengertian-pengertian yang tercangkup dalam konsep disebut luas pengertian (ekstansi). Isi dan juas pengertian berbanding terbalik, artinya semakin kecil isi suatu pengertian, semakin besar luas jangkauan pengertian yang tercangkup, dan sebliknya. Contoh : bandingkan kata traportasi dan mobil. Isi pengertian tranportasi itu kecil dibandingkan dengan isi pengertian mobil. Sedangkan  luas pengertian (cangkupan) transportasi itu lebih besar daripada luas pengertian mobil. Isi pengertian mobil itu lebih itu lebih jelas karena cangkupannya hanya kelas mobil dalam kelompok trasportasi darat. Isi pengertian transportasi kurang jelas karena cangkupannya luas yakni transportasi udara, darat, laut.

Menurut atkinson dan kawan-kawan konsep kelompokan dalam 2 jenis :
a.       Konsep klasisk, Apabila setiap sifat dalam suatu konsep cocok untuk setiap contoh yang mungkin. Misalnya konsep perjaka. Setiap contoh dari konsep itu harus mengandung ciri dewasa, laki-laki, dan tidak menikah. Apabila ada konsep lelaki tua dan sudahb memnika maka konsep ini tedak tergolong dalam konsep perjaka tua.
b.      Konsep probabilistik, apabila tidak setiap sifat dari contoh selalu cocok dengan konsep misalnya konsep burung, walaupun konsep tentang burung mencangkup ciri bisa terbang dan mencicit, tetapi tidak semua burung dapat terbang dan mencicit.
Dalam kehidupan sehari-hari kita lebih banyak menggunakan konsep probabiliistik.
3.      Cara memperoleh konsep
Ada dua cara untuk memperoleh konsep, yaitu tidak disengaja dan disengaja. Tidak sengaja sering disebut pengalaman, namun tidak berarti cara yang sengaja itu tidak melalui pengalaman.
Anak pada umumnya memperoleh pengertian melali pengalaman tidak dengan sengaja, melainkan memalui proses generalisasi, kemudian dengan daya berpikirnya timbul proses diferensiasi, dimana anak mampu membedakan satu dengan yang lain. Pada proses sengaja, pengertian dibentuk dengan penuh kesadaran, melalui langkan-langkah seperti :
a.       Pengujian hipotetis ; mencari ciri-ciri yang sesuai dan menolak ciri-ciri yang tidak sesuai.
b.      Patokan atau contoh yang khas. Contoh konsep perabot meliputi meja dan kursi. Kemudian konsep perabot digunakan sebagai patokan untuk menggolongkan contoh lain, seperti bangku dan sofa kedalam konsep tersebut.
c.       Konsep ilmiah yang didapat melalui proses analisis, komparasi, abstraksi atau kategorisasi, kesimpulan.
Proses konsep ilmiah :
i.        Tingkat analisis, orang mengadakan analisis terhadap berbagai bermacam-macam belajar, dan masing-masing kegiatan belajar diteliti sifat-sifatnya.
ii.      Tingkat komparasi, orang mebandingkan orang satu dengan yang lain untuk menemukan sifat-sifat yang umum dan sifat-sifat yang khusus.
iii.    Tingkat abstraksi, orang menyatukan sifat-sifat yang sama dan menyisihkan sifat-sifat yang tidak sama.
iv.     Tingkat penyimpulan, orang menarik kesimpulan setetlah mengadakan abstraksi dan mengungkapkan pengertian misalnya, bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku, tetapi bukan karena minum obat atau, sakit, melainkan karena keinginan meningkatkan kemampuan memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
4.      Funsi Konsep
Menurut plotnik, konsep menjalankan 2 macam fungsi yaitu :
a.       Mengorganisasikan informasi
Konsep memungkinkan kita mengelompokan segala sesuatu dalam kategori-kategori dan mengorganisasikannya secara lebih baik, kemudian menyimpan informasi tersebut dalam memori.
b.      Menghidari pembelajaran
Dengan memiliki konsep yang dapat menggunakan untuk mengelompokan dan mengategorisasikan sesuatu, kita dapat dengan mudah mengklasifikasikan atau mengelompokan sesuatu yang baru tanpa mempelajari ulang sesuatu itu.
5.      Pemecahan Masalah
Menurut Walgito dalam pemecahan masalah subjek diarahkan untuk mencari pemecahan dan dipacu untuk mancapai pemecahan tersebut, jadi problem solving merupakan tugas si subjek untuk menemukan cara memecahkan masalah sementara menurut plotnik, pemecahan meliputi pencarian beberapa aturan atau kaidah, rencana atau strategi yang membuat kita berhasil mencapai satu tujuan yang sekarang belum tercapai.
Jadi dalam pemecahan masalah perlu ada aturan dan atauran atau kaidah itu dapat dibedakan menjadi dua macam : kaidah algoritma dan kaidah horistik
a.       Kaidah algoritma merupakan suatu perangkat kaidah atau aturan yang apabila aturan ini diikuti dengan benar, maka akan ada jaminan keberhasilan pemecahan masalah.
Definisi ini cocok dengan definisi yang dikemukakan plonik : algorima adalah satu perangkat aturan pasti, yang apabila ikuti secara teliti, akhirnya akan menghasilkan suatu pemecahan. “Algorthms are a fixed set of rules that, if follow correctly, will eventually lead to solution.” (plotnik,2005: 308).
b.      Dalam kenyataan sehari-hari banyak orang menghadapi persoalannya tanpa menggunakan aturan atau akidah algoritma. Yang digunakan adalah strategi yang didasarkan pada pengalaman dalam menghadapi masalah yang mengarah pada pemecahan masalah, walau tidak ada jaminan akan kesuksesan. Cara ini disebut kaidah kaidah horistik.
Sedangkan plotnik, menghubungkan kaidah horistik dengan kaidah ibu jari atau jalan pintas mental yang cerdas dan kreatif, yang tidak membutuhkan banyak kegiatan dan memunbgkinkan seeseorang memecahkan masalah secara lebih mudah dan cepat.
6.      Problem Solving menurut pandangan behaviourisme dan gestalt
Terdapat perbedaan pandangan tentang problem solving antara behaviourisme dan gestalt.
Thorndike menyimpulkan problem solving dengan trial by error berdasarkan eksperimennya yang menggunakan kucing.
Kohler menyimpulkan problem solving dengan insight berdasarkan eksperimennya yang menggunakan simpanse.
Ada beberapa pemecahan masalah dengan insight :
a.       Pemecahan masalah diperoleh secara tiba-tiba yaitu dengan adanya “AHA”.
b.      Apa yang telah dipelajari itu dapat diterapkan pada problem yang mirip.
c.       Pada umumnya sedikit mengalami kesalahan.
d.      Hasilnya dapat bertahan lama.
7.      Cara menarik kesimpulan
Tujuan berpikir adalah pemecahan masalah yang dilakukan dengan menarik kesimpullan, berdasarkan data yang ada atau pendapat akhir atas data. Cara yang dapat ditempuh untuk menarik kesimpullan yaitu :
1.      Kesimpulan ditarik atas dasar analogi, yaitu adanya kesamaan antara peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain.
2.      Kesimpulan ditarik atas dasar cara induktif, yaitu dari peristiwa individual menuju dalil umum atau hal yang bersifat umum.
3.      Kesimpula ditarik atas dasar cara deduktif yaitu dari hal yang berdifat umum ke hal yang bersifat khusus.
B.     Tahap-tahap berpikir dan berbahasa
Perkembangan kemampuan berpikir dan berbahasa berjalan secara bersamaan karena salah satu hasil kemampuan berpikir adalah kemampuan berbahasa.
Kemampuan perkembangan kemampuan berpikir dan berbahasa yang berjalan dengan secara bersamaan tersebut terangkum dalam perkembangan kognitif.
Piaget mengelompokkan pekembangan kognitif menjadi 4 tahap :
1.      Tahap sensorimotor (sekitar 2 thn)
Skema didasarkan terutama pada perilaku dan persepsi; anak  berfokus pada apa yang terjadi disini dan saat ini.
2.      Tahap praoperasional (6-7 thn)
Skema mulai mempresentasikan objek-objek yang berada diluar jangkauan pandangan langsung si anak, namun anak belum mampu penalaran logis seperti orang dewasa.
3.      Tahap operasional konkret (11-12 thn)
Penalaran yang  menyerupai orang dewasa megenai realitas konkret. mulai muncul, namun terbatas pada penalaran.
4.      Tahap operasional formal (11-12 thn hingga DEWASA)
Proses–proses penalaran logis diterapkan ke ide-ide abstrak ataupun ke objek-objek konkret.
1.    Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)
Pada tahap ini kognisi anak lebih dikembangkan lewat tindakan indrawi. Anak mulai belajar mengenali lingkungannya dengan melihat, meraba, membau, dll. Anak belum dapat berbicara dengan bahasa, belum mampu menggunakan simbol untuk mengungkapkan sesuatu.
Menurut piaget, mekanisme perkembangan sensorimotor ini menempuh proses asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi adalah proses kognitif yang berjalan ketika seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, atau pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada di dalam pikirannya, sedangkan akomodasi adalah proses yang terjadi ketika indifidu menghadapi rangsangan atau pengalaman baru, dan individu tersebut tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru itu ke dalam skema yang telah ada. Dalam kondisi seperti itu, individu tersebut akan mengadakan akomodasi dengan cara :
a.       Membentuk skema baru yang dapat cocok dengan rangsangan yang baru.
b.      Memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu.
Piaget membagi tahap sensorimotor dalam 6 periode :
1.      Periode 1 : Refleks (umur 0-1 bulan)
2.      Periode 2 : Kebiasaan (umur 1-4 bulan)
3.      Periode 3 : Reproduksi kejadian yang menarik (umur 4-8 bulan)
4.      Periode 4 : Koordinasi skemata (umur 8-12 bulan)
5.      Periode 5 : Eksperimen (umur 12-18 bulan)
6.      Periode 6 : Representasi (umur 18-24 bulan)
2.    Tahap Praoperasi (umur 2-7 tahun)
Tahap ini ditandai dengan adanya fungsi semiotik, yaitu penggunaan simbol atau tanda untuk menjelaskan suatu objek yang tidak berada bersama subjek.
Piaget mebagi perkembang kognitif praoperasi ke dalam 2 bagian :
·         Umur 2-4 tahun, ditandai dengan perkembang pemikiran simbolis.
·         Umur 4-7 tahun, ditandai dengan perkembang intuitif.
Selanjutnya akan diuraikan topik tentang : pemikiran simbolis, bahasa, dan pemikiran intuitif sebagai ciri-ciri tahap praoperasi.
a.       Pemikiran Simbolis/Semiotik  (umur 2-4 tahun)
Fungsi semiotik atau penggunaan bisa terlihat jelas dalam 5 gejala berikut :
1.      Imitasi tidak langsung
2.      Permainan simbolis
3.      Menggambar
4.      Gambaran mental
5.      Bahasa ucapan
b.    Bahasa
1)        Perkembangan Bahasa
Pekembangan bahasa pada tahap praoperasi merupakan transisi dari sifat egosentris ke interkomunikasi sosial. Waktu masih kecil anak masih menunjukan sifat egosentris dengan berbicara dengan diri sendiri dan tidak mau berbicara dengan orang lain, tetapi setelah menginjak usia 6-7 tahun anak mulai beralih ke interkomunikasi sosial dan lebih komunikatif terhadap teman-temannya, dan akibatnya anak terdorong lebih mengerti kata-kata lain. Supaya dapat lebih beradaptasi dengan lingkungan,
2)      Pengunaan Bahasa
Ginsburg dan Opper membedakan penggunaan bahasa non komunikatif dari yang komnikatif.
Ada 3 macam penggunaan bahsa yang non komunikatif :
a.       Anak melakukan peniruan. Anak meniruka orang lain dan apa saja dan baru saja dia dengar, tanpa sadar.
b.      Anak berbicara sendirian. Anak suka berbicara sendirian sambil asyik bermain.
c.       Monolog di tengah kelompok teman-teman. Anak sering berbicara sendiri meskipun ia berada di tengah kelompok teman-temannya tanpa bermaksud berhubungan dengan teman-temannya.
Selain penggunaan bahas yang non komunikatif ada penggunaan bahasa yang komunikatif. Anak-anak saling berbicara satu sama lain dan menanggapi apa yang dikatakan temannya. Meskipun komunikatif, bahas yang digunakan masih bersifat egosentris. Hal ini nampak dari beberapa unsur dalam bahasa anak. Sebagai contoh, tidak jarang anak melupakan pokok ceritanya dan tiba-tiba mengganti pokok pembeciraan di tengah jalan atau selesain begitu saja, cerita anak terpotong-potong, tidak menyeluruh.
3)      Bahasa dan Pemikiran
Piaget mengemukakan 3 perbedaan tingkah laku berdasarkan sensorik motor dan berdasarkan representasional.
a.       Urutan dari sensorik moto dibatasi oleh kecepatan tindakan sensorik motor, sehinggan intelegensi sensorik motor sangat lambat. Bahasa membuat representasi intelegensi lebih cepat.
b.      Adaptasi sensorik motor dibatasi tidakan langsung seorang anak, sedangkan bahasa memungkinkan pemikiran dan adaptasi ke jarang yang lebih jauh dari tindakan sekarang.
c.       Intelegensi sensorik motor maju setapak demi setapak, sedangkan pemuikiran dengan bahasa memungkinkan seorang anak berkembang dengan cepat karena tidak terbatas saja pada keterbatasan sensorik motor.
4)      Penalaran Anak Pada Umur 2-4 tahun
Terdapat 3 macam penalaran dalam tahap praoperasi, yaitu :
a.       Penalaran yang dikaitkan dengan ingatan sepintas atas apa yang pernah dialami.
b.      Penalaran yang dikacaukan dengan keinginan.
c.       Penalaran transduktif, penggabungan penalaran deduktif dan induktif.
c.    Pemikiran Intuitif
Menurut piaget, ketika anak berumur 4-7 tahun pemikirannya berkembang pesat ke arah konseptualisasi. Perlahan-lahan pemikirannya perkembang dari tahap simbolis dan prakonseptual ke tahap awal operasional (pemikiran logis)
3.    Tahap Operasi Konkret (umur 7-11 tahun)
Pada tahap ini sistem pemikiran anak mulai didasarkan pada aturan-aturan yang logis. Ciri yang paling jelas adalah operasi logis yang bersifat refersibel.
Sistem pemikiran logis ini dapat digunakan anak untuk memecahkan persoal-persoalan konkret yang dihadapi. Namun tahap opersi konkret ini masih terbatas pada sistem operasi berdasarkan apa yang kelihatan atau nyata atau konkret, belum menyangkut yang bersifat abstrak apalagi yang bersifat hipotetis.
4.    Tahap Operasi Formal (umur 11 tahun hingga remaja)
Tahap operasi formal, yang merupakan  tahap perkembangan kognitif yang terakhir ini menurut piaget terjadi pada remaja berusia 11 atau 12 tahun ke atas. Pada tahap ini remaja sudah dapat berpikir logis, berpikir teoritis formal berdasarkan hipotesis dan dapat mengambil kesimpulan walaupun tidak mengmati peristiwanya.
Logika mulai berkembang dan digunakan. Cara berpikir abstrak mulai dimengerti. Dan anak remaja pada tahap ini sudah mencapai tingkat ekuilibrio (proses keseimbangan asimilasi dan akomodasi) yang tinggi, dan dapat berpikir fleksibel dan efektif, karena mampu melihat semua unsur dan kemungkinan yang ada.
C.     Bahasa dan Komunikasi
1.      Bahasa
Setiap kelompok masyarakat mempunyai bahasa sendiri-sendiri. Karena itu kita mengenal banyak bahasa. Bahasa sangat diperlukan oleh manusia karena :
a.       Bahasa merupaka alat untuk menyatakan gagasan.
b.      Bahasa juga merupakan alat untuk mengomunikasi gagasan seseorang kepada orang lain.
c.       Bahasa juga berfungsi tidak hanya mengeluarkan gagasan pada kaliamat tetapi juga untuk membentuk pemahaman.
Menurut plotnik, bahasa adalah bentuk komunikasi khusus yang meliputi penggunaan kaidah-kaidah pembelajaran yang komplek untuk mengusung dan mengombinasikan simbol-simbol ke dalam sejumlah tak terbatas kalimat-kalimat yang bermakna. Ada dua prinsip bahasa yang menjad bentuk komunikasi, yaitu prinsip kata-kata dan prinsip tata bahasa.
2.      Memecah Kalimat Menjadi Gagasan
Untuk mendapatkan intisari gagasan dan menyampaikan gagasan kita perlu menguasai bahasa. Pengertian dan gagasan dalam bahsa selalu disampaikan dalam kalimat.
Untuk memahami kalimat kita harus memecah kalimat dalam beberapa frase sedemikian rupa sehingga setiap frase dapat disamakan dengan subjek suatu proposisi, predikat proposisi atau proposisi utuh. Proposisi itu sebenarnya kalimat yang mengandung pengertian tertentu, karena itu mempunyai subjek dan predikat, terkadang ada yang tidak mengandung pengertian tertentu, seperti kalimat seru utuh kaliamat perintah.
3.      Peringkat Bahasa
Bahasan mempunyai beberapa peringkat.
a.       Peringkat yang tertinggi disebut unit peringkat (frase dan kalimat), yang mengandung gagasan.
b.      Peringkat berikutnya disebut unit makna dasar.
c.       Peringkat yang terendah disebut bunyi bahasa.
Menurut plotnik, terdapat 4 aturan dalam bahasa :
a.       Aturan bahasa yang pertama adalah fonologi, menetapkan bagaimana kita membuat suara-suara bermakna yang digunakan oleh suatu bahasa tertentu.
b.      Aturan bahasa yang kedua adalah morfologi, adalah sistem yang kita gunakan untuk mengelompokan fonem-fonem. Ke dalam kombinasi suara dan kata sehingga bermakna.
c.       Aturan bahasa yang ketiga adalah sintax dan grammar. Sintax atau tata bahasa adalah satu perangkat aturan yang khusus mengombinasikan kata-kata untuk membentuk frase-fraser yang bermakna dan kalimat-kalimat.
d.      Aturan bahasa yang ke empat adalah semantik. Semantik khusus untuk memberikan arti atau makna dri kata-kata atau frase-frase yang mincul  dalam bermacam-macam kalimat atau konteks.
4.      Memperoleh Bahasa
Menuru Pinker, dalam kenyataannya perkembangan bahasa pada anak tidak bergantung pada budaya atau bahasa, melawati tahap-tahap yang sama, yaitu tahap :
a.       babbling (ocehan,celotehan),
b.      single word, (kata tunggal)
c.       two word combinations, (kombinasi dua kata)
d.      sentences (kalimat-kalimat).



Bab III
Penutup
A.    Kesimpulan
Pada masa anak-anak dan remaja pola pikir dan nalar mereka tentu akan mengalami tahap perkembangan ke arah yang lebih kompleks, tentu hal ini didasari dari adanya faktor-faktor lingkungan, baik lingkungan sosial dan budaya. Namun tidak kalah pentingnya dengan pembelajaran anak yang dilakukan secara mandiri. Keturunan dan lingkungan saling berinteraksi membentuk perilaku individu dalam pemikiran yang semakin canggih atau kompleks serta diiringi dengan penggunaan tata bahasa baik dan benar yang melibatkan dukungan orang dewasa yang lebih kompeten dikarenakan anak sesusia mereka lebih cakap bertindak jika diiringi oleh orang dewasa.
B.     Saran
Saran dari kelompok kami yaitu anak diberikan motivasi, dorongan sesuai dengan tahap perkembangan mereka agar daya nalar atau cara perpikir mereka sesuai dengan lingkungan yang saat itu mereka hadapi, selanjutnya anak pada usia remaja perlu diberikan hal-hal yang abstrak dan hipotetis agar mereka berpikiran secara idealistik mengenai lingkungan di sekitar mereka.


Daftar Pustaka

Berk, L.E. (1989). Child Development. London : Allyn and Bacon.
Eggen, P. & Khauchack, D. (2001). Educational Psychology. New York : Prentice Hall.
Riyanti, D.B.P., S H. Prabowo. (1998). Psikologi Umum 1. Jakarta : Penerbit Gunadarma.
Riyanti, D.B.P., S H. Prabowo. (1998). Psikologi Umum 2. Jakarta : Penerbit Gunadarma.
Suparno, P. (2001). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta : Penerbit.
Kanisius.
Walgito, B. (2003). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Penerbit ANDI.
Woolfolk, A.E. (1998). Educational Psychology 7th Edition. Boston : Allyn and Bacon.