Disusun oleh :
Agustian
Andri Riyanto HMS HE
Farid Hikmatullah
M. Asykur Rois
Pandu Perdana
Shafarudin
DEPOK
2013
Kata Pengantar
Makalah
ini disusun dengan menggunakan beberapa referensi yang baru dan dapat
dipertanggung jawabkan isinya, dengan demikian diharapkan isinya dapat
menguikuti perkembangan jaman. Makalah ini membahas secara komprehensif, karena
pembahasnya mengambil dari buku-buku psikologi umum.
Penyusunan
makalah ini bertujuan untuk memberikan bahan acuan bagi pihak-pihak yang
berminat mempelajari psikologi, tidak terbatas pada mahasiswa fakultas
psikologi saja.
Kami
selaku pihak penyusun makalah berpendapat bahwa masyarakat pada umumnya sepakat
menyatakan bahwa hampir seluruh bidang kehidupan manusia membutuhkan
pengetahuan tentang “Beripikir dan Berbahasa”.
Demi
terwujudnya pembahasan yan g lebih baik maka segala saran dan masukan penyusun
makalah ini mengharapkannya dan teriring ucapan terima kasih.
Depok
: 27-03-2013
Daftar Isi
Kata Pengantar
.................................................................................................... 1
Daftar Isi .............................................................................................................. 2
Bab I Pendahuluan
................................................................................................. 3
Bab II Pembahasan .............................................................................................. 4
A.
Kegiatan
Berpikir dan Berbahasa ...................................................... 4
1. Proses
Belajar
................................................................................. 4
2. Konsep/Pengertian
............................................................................ 4
3. Cara
Memperoleh Konsep .............................................................. 3
4. Fungsi
Konsep ............................................................................... 6
5. Pemecahan
Masalah ....................................................................... 7
6. Problem
Solving Menurut Pandangan Behaviourisme dan Gestalt .. 7
7. Cara
Menarik Kesimpulan
.............................................................. 8
B.
Tahap-Tahap
Berpikir dan Berbahasa .............................................. 8
1. Tahap
Sensori Motor . ..................................................................... 9
2. Tahap
Pra Operasi
.......................................................................... 9
3. Tahap
Operasi Konkret .................................................................. 11
4. Tahap
Operasi Formal
.................................................................... 12
C.
Bahasa
dan Komunikasi .......................................................... ........... 12
1. Bahasa
........................................................................................... 12
2. Memecahkan
Kalimat Menjadi Gagasan .......................................... 12
3. Peringkat
Bahasa
............................................................................ 13
4. Memperoleh
Bahasa ....................................................................... 13
Bab III
..................................................................................................................... 14
A.
Kesimpulan ................................................................................................... 14
B.
Saran
............................................................................................................. 14
Daftar Pustaka ........................................................................................................ 15
Bab
I
Pendahuluan
Selama
beberapa saat, ingatalah masa saat anda duduk di bangku awal sekolah dasar.
Topik apa sajakah yang anda pelajari dan strategi-strategi apa sajakah yang
dipelajari. Kita mungkin berfokus pada pengetahuan-pengetahuan dan
keterampilan-keterampilan dasar : mempelajari pengejaan huruf, membaca
prosa-prosa sederhana, sedangkan pada masa-masa smu kita mempelajari
topik-topik yang rumit sampai pada sistem pengklasifikasian biologis,
peristiwa-peritiwa bersejarah dan sebagainya yang berisifat abstrak dan
memiliki banyak segi.
Perbedaan-perbedaan
tersebut mencerminkan fakta bahwa metode pengejaran haruslah sesuai dengan
kondisi perkembangan para siswa dan juga mempertimbangkan karakteristik dan
kemampuan-kemampuan fisik, kognitif, sosial dan emosional yang terkait dengan
usia anak.
Dalam
pembahasan ini kita akan mempelajari prinsip-prinsip umum perkembangan dan
kemudian berfokus pada perubahan-perubahan dalam pemikiran dan penalaran dan
dalam pemahaman dan penggunaan bahasa.
Bab
II
Pembahasan
A.
Kegiatan Berpikir dan
Berbahasa
Menurut
Behaviourisme berpikir merupakan
penguatan antara stimulus dan respon, menurut Asosiasionis berpikir merupakan asosiasi antara tanggapan yang satu
dengan yang lain, sedangkan dari segi Kognisi
: berpikir merupakan pemrosesan informasi mulai dari stimulus yang ada sampai
ke pemecahan masalah
Berpikir
merupakan proses kognitif yang berlangsung dri stimulus hingga respon untuk
memecahkan masalah, membuat keputusan, menghasilkan suatu yang baru, melakukan
adaptasi dengan lingkungan, membentuk dan memilih lingkungan.
1. Proses
belajar
Simbol yang digunakan
dalam berpikir pada umumnya pada umunya adalah kata-kata dan bahasa, karena
dapat menggunakan ribuan simbol dan kata-kata, maka manusia dapat berpikir
secara lengkap. Masih ada satu lagi alat untuk berbahasa yaitu image (gambaran).
2. Konsep
atau Pengertian
Konsep merupakan konstruksi simbolik
yang menggambarkan ciri atau beberapa ciri umum suatu objek ataju kejadian.
Macam-macam konsep menurut walgito terdapat berbagai konsep :
a. Konsep
sederhana : konsep atau pengertian yang dibatasi dengan ciri atau atribut
tunggal, misalnya merah.
b. Konsep
yang komplek : konsep atau pengertian yang tidak dibatasi oleh ciri yang
tunggal, misalnya kreatif.
c. Konsep
konjungtif : konsep atau pengertian yang dibatasi oleh kaitan dua atau lebih
ciri yang membantuk pengertian tersebut, misalnya zebra yaitu binatang yang
menyusui seperti kuda tetapi kulitnya loreng.
d. Konsep
disjungtif : merupakan pengertian yang dibatasi dengan tiap ciri atau sifat
yang membawa suatu objek dalam kelas atau jenis pengerian tersebut, misalnya
alat tranport yang mencangkup kuda, truk, becak, bus, dan lain-lain.
e. Konsep
reltional : konsep atau pengertian yang mempunyai kaitan dengan pengertian
lain, misalnya lebih berat atau lebih kurang dari.
Ciri
atau sifat yang membentuk konsep atau pengertian disebut isi pengertian (komperhensi),
sedangkan pengertian-pengertian yang tercangkup dalam konsep disebut luas pengertian (ekstansi). Isi dan juas
pengertian berbanding terbalik, artinya semakin kecil isi suatu pengertian,
semakin besar luas jangkauan pengertian yang tercangkup, dan sebliknya. Contoh
: bandingkan kata traportasi dan mobil. Isi pengertian tranportasi itu kecil
dibandingkan dengan isi pengertian mobil. Sedangkan luas pengertian (cangkupan) transportasi itu
lebih besar daripada luas pengertian mobil. Isi pengertian mobil itu lebih itu
lebih jelas karena cangkupannya hanya kelas mobil dalam kelompok trasportasi
darat. Isi pengertian transportasi kurang jelas karena cangkupannya luas yakni
transportasi udara, darat, laut.
Menurut
atkinson dan kawan-kawan konsep kelompokan dalam 2 jenis :
a. Konsep
klasisk, Apabila setiap sifat dalam suatu konsep cocok untuk setiap contoh yang
mungkin. Misalnya konsep perjaka. Setiap contoh dari konsep itu harus
mengandung ciri dewasa, laki-laki, dan tidak menikah. Apabila ada konsep lelaki
tua dan sudahb memnika maka konsep ini tedak tergolong dalam konsep perjaka
tua.
b. Konsep
probabilistik, apabila tidak setiap sifat dari contoh selalu cocok dengan
konsep misalnya konsep burung, walaupun konsep tentang burung mencangkup ciri
bisa terbang dan mencicit, tetapi tidak semua burung dapat terbang dan
mencicit.
Dalam
kehidupan sehari-hari kita lebih banyak menggunakan konsep probabiliistik.
3. Cara
memperoleh konsep
Ada dua cara untuk
memperoleh konsep, yaitu tidak disengaja dan disengaja. Tidak sengaja sering
disebut pengalaman, namun tidak berarti cara yang sengaja itu tidak melalui
pengalaman.
Anak pada umumnya
memperoleh pengertian melali pengalaman tidak dengan sengaja, melainkan memalui
proses generalisasi, kemudian dengan daya berpikirnya timbul proses
diferensiasi, dimana anak mampu membedakan satu dengan yang lain. Pada proses sengaja,
pengertian dibentuk dengan penuh kesadaran, melalui langkan-langkah seperti :
a. Pengujian
hipotetis ; mencari ciri-ciri yang sesuai dan menolak ciri-ciri yang tidak
sesuai.
b. Patokan
atau contoh yang khas. Contoh konsep perabot meliputi meja dan kursi. Kemudian
konsep perabot digunakan sebagai patokan untuk menggolongkan contoh lain,
seperti bangku dan sofa kedalam konsep tersebut.
c. Konsep
ilmiah yang didapat melalui proses analisis, komparasi, abstraksi atau
kategorisasi, kesimpulan.
Proses konsep ilmiah :
i.
Tingkat analisis, orang
mengadakan analisis terhadap berbagai bermacam-macam belajar, dan masing-masing
kegiatan belajar diteliti sifat-sifatnya.
ii. Tingkat
komparasi, orang mebandingkan orang satu dengan yang lain untuk menemukan
sifat-sifat yang umum dan sifat-sifat yang khusus.
iii. Tingkat
abstraksi, orang menyatukan sifat-sifat yang sama dan menyisihkan sifat-sifat
yang tidak sama.
iv. Tingkat
penyimpulan, orang menarik kesimpulan setetlah mengadakan abstraksi dan
mengungkapkan pengertian misalnya, bahwa belajar adalah proses perubahan
perilaku, tetapi bukan karena minum obat atau, sakit, melainkan karena
keinginan meningkatkan kemampuan memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
4. Funsi
Konsep
Menurut plotnik, konsep
menjalankan 2 macam fungsi yaitu :
a. Mengorganisasikan
informasi
Konsep memungkinkan
kita mengelompokan segala sesuatu dalam kategori-kategori dan
mengorganisasikannya secara lebih baik, kemudian menyimpan informasi tersebut
dalam memori.
b. Menghidari
pembelajaran
Dengan memiliki konsep
yang dapat menggunakan untuk mengelompokan dan mengategorisasikan sesuatu, kita
dapat dengan mudah mengklasifikasikan atau mengelompokan sesuatu yang baru
tanpa mempelajari ulang sesuatu itu.
5. Pemecahan
Masalah
Menurut Walgito dalam
pemecahan masalah subjek diarahkan untuk mencari pemecahan dan dipacu untuk
mancapai pemecahan tersebut, jadi problem solving merupakan tugas si subjek
untuk menemukan cara memecahkan masalah sementara menurut plotnik, pemecahan
meliputi pencarian beberapa aturan atau kaidah, rencana atau strategi yang
membuat kita berhasil mencapai satu tujuan yang sekarang belum tercapai.
Jadi dalam pemecahan
masalah perlu ada aturan dan atauran atau kaidah itu dapat dibedakan menjadi
dua macam : kaidah algoritma dan kaidah horistik
a. Kaidah algoritma
merupakan suatu perangkat kaidah atau aturan yang apabila aturan ini diikuti
dengan benar, maka akan ada jaminan keberhasilan pemecahan masalah.
Definisi ini cocok
dengan definisi yang dikemukakan plonik : algorima adalah satu perangkat aturan
pasti, yang apabila ikuti secara teliti, akhirnya akan menghasilkan suatu
pemecahan. “Algorthms are a fixed set of rules that, if follow correctly, will
eventually lead to solution.” (plotnik,2005: 308).
b. Dalam
kenyataan sehari-hari banyak orang menghadapi persoalannya tanpa menggunakan
aturan atau akidah algoritma. Yang digunakan adalah strategi yang didasarkan
pada pengalaman dalam menghadapi masalah yang mengarah pada pemecahan masalah,
walau tidak ada jaminan akan kesuksesan. Cara ini disebut kaidah kaidah
horistik.
Sedangkan plotnik,
menghubungkan kaidah horistik dengan kaidah ibu jari atau jalan pintas mental
yang cerdas dan kreatif, yang tidak membutuhkan banyak kegiatan dan
memunbgkinkan seeseorang memecahkan masalah secara lebih mudah dan cepat.
6. Problem
Solving menurut pandangan behaviourisme dan gestalt
Terdapat perbedaan
pandangan tentang problem solving antara behaviourisme dan gestalt.
Thorndike menyimpulkan
problem solving dengan trial by error berdasarkan eksperimennya yang
menggunakan kucing.
Kohler menyimpulkan
problem solving dengan insight berdasarkan eksperimennya yang menggunakan
simpanse.
Ada beberapa pemecahan
masalah dengan insight :
a. Pemecahan
masalah diperoleh secara tiba-tiba yaitu dengan adanya “AHA”.
b. Apa
yang telah dipelajari itu dapat diterapkan pada problem yang mirip.
c. Pada
umumnya sedikit mengalami kesalahan.
d. Hasilnya
dapat bertahan lama.
7. Cara
menarik kesimpulan
Tujuan berpikir adalah
pemecahan masalah yang dilakukan dengan menarik kesimpullan, berdasarkan data
yang ada atau pendapat akhir atas data. Cara yang dapat ditempuh untuk menarik
kesimpullan yaitu :
1. Kesimpulan
ditarik atas dasar analogi, yaitu adanya kesamaan antara peristiwa yang satu
dengan peristiwa yang lain.
2. Kesimpulan
ditarik atas dasar cara induktif, yaitu dari peristiwa individual menuju dalil
umum atau hal yang bersifat umum.
3. Kesimpula
ditarik atas dasar cara deduktif yaitu dari hal yang berdifat umum ke hal yang
bersifat khusus.
B. Tahap-tahap
berpikir dan berbahasa
Perkembangan
kemampuan berpikir dan berbahasa berjalan secara bersamaan karena salah satu
hasil kemampuan berpikir adalah kemampuan berbahasa.
Kemampuan
perkembangan kemampuan berpikir dan berbahasa yang berjalan dengan secara
bersamaan tersebut terangkum dalam perkembangan kognitif.
Piaget
mengelompokkan pekembangan kognitif menjadi 4 tahap :
1. Tahap
sensorimotor (sekitar 2 thn)
Skema didasarkan
terutama pada perilaku dan persepsi; anak
berfokus pada apa yang terjadi disini dan saat ini.
2. Tahap
praoperasional (6-7 thn)
Skema mulai
mempresentasikan objek-objek yang berada diluar jangkauan pandangan langsung si
anak, namun anak belum mampu penalaran logis seperti orang dewasa.
3. Tahap
operasional konkret (11-12 thn)
Penalaran yang menyerupai orang dewasa megenai realitas
konkret. mulai muncul, namun terbatas pada penalaran.
4. Tahap
operasional formal (11-12 thn hingga DEWASA)
Proses–proses penalaran
logis diterapkan ke ide-ide abstrak ataupun ke objek-objek konkret.
1. Tahap
Sensorimotor (0-2 tahun)
Pada tahap ini kognisi
anak lebih dikembangkan lewat tindakan indrawi. Anak mulai belajar mengenali
lingkungannya dengan melihat, meraba, membau, dll. Anak belum dapat berbicara
dengan bahasa, belum mampu menggunakan simbol untuk mengungkapkan sesuatu.
Menurut piaget, mekanisme
perkembangan sensorimotor ini menempuh proses asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi adalah proses
kognitif yang berjalan ketika seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, atau
pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada di dalam pikirannya,
sedangkan akomodasi adalah proses yang terjadi ketika indifidu menghadapi
rangsangan atau pengalaman baru, dan individu tersebut tidak dapat
mengasimilasikan pengalaman yang baru itu ke dalam skema yang telah ada. Dalam
kondisi seperti itu, individu tersebut akan mengadakan akomodasi dengan cara :
a. Membentuk
skema baru yang dapat cocok dengan rangsangan yang baru.
b. Memodifikasi
skema yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu.
Piaget
membagi tahap sensorimotor dalam 6 periode :
1. Periode
1 : Refleks (umur 0-1 bulan)
2. Periode
2 : Kebiasaan (umur 1-4 bulan)
3. Periode
3 : Reproduksi kejadian yang menarik (umur 4-8 bulan)
4. Periode
4 : Koordinasi skemata (umur 8-12 bulan)
5. Periode
5 : Eksperimen (umur 12-18 bulan)
6. Periode
6 : Representasi (umur 18-24 bulan)
2. Tahap
Praoperasi (umur 2-7 tahun)
Tahap ini ditandai
dengan adanya fungsi semiotik, yaitu penggunaan simbol atau tanda untuk
menjelaskan suatu objek yang tidak berada bersama subjek.
Piaget mebagi
perkembang kognitif praoperasi ke dalam 2 bagian :
·
Umur 2-4 tahun,
ditandai dengan perkembang pemikiran simbolis.
·
Umur 4-7 tahun,
ditandai dengan perkembang intuitif.
Selanjutnya
akan diuraikan topik tentang : pemikiran simbolis, bahasa, dan pemikiran
intuitif sebagai ciri-ciri tahap praoperasi.
a. Pemikiran
Simbolis/Semiotik (umur 2-4 tahun)
Fungsi semiotik atau
penggunaan bisa terlihat jelas dalam 5 gejala berikut :
1. Imitasi
tidak langsung
2. Permainan
simbolis
3. Menggambar
4. Gambaran
mental
5. Bahasa
ucapan
b. Bahasa
1)
Perkembangan Bahasa
Pekembangan bahasa pada
tahap praoperasi merupakan transisi dari sifat egosentris ke interkomunikasi
sosial. Waktu masih kecil anak masih menunjukan sifat egosentris dengan
berbicara dengan diri sendiri dan tidak mau berbicara dengan orang lain, tetapi
setelah menginjak usia 6-7 tahun anak mulai beralih ke interkomunikasi sosial
dan lebih komunikatif terhadap teman-temannya, dan akibatnya anak terdorong
lebih mengerti kata-kata lain. Supaya dapat lebih beradaptasi dengan
lingkungan,
2) Pengunaan
Bahasa
Ginsburg dan Opper
membedakan penggunaan bahasa non komunikatif dari yang komnikatif.
Ada 3 macam penggunaan
bahsa yang non komunikatif :
a. Anak
melakukan peniruan. Anak meniruka orang lain dan apa saja dan baru saja dia
dengar, tanpa sadar.
b. Anak
berbicara sendirian. Anak suka berbicara sendirian sambil asyik bermain.
c. Monolog
di tengah kelompok teman-teman. Anak sering berbicara sendiri meskipun ia
berada di tengah kelompok teman-temannya tanpa bermaksud berhubungan dengan
teman-temannya.
Selain
penggunaan bahas yang non komunikatif ada penggunaan bahasa yang komunikatif.
Anak-anak saling berbicara satu sama lain dan menanggapi apa yang dikatakan
temannya. Meskipun komunikatif, bahas yang digunakan masih bersifat egosentris.
Hal ini nampak dari beberapa unsur dalam bahasa anak. Sebagai contoh, tidak
jarang anak melupakan pokok ceritanya dan tiba-tiba mengganti pokok pembeciraan
di tengah jalan atau selesain begitu saja, cerita anak terpotong-potong, tidak
menyeluruh.
3) Bahasa
dan Pemikiran
Piaget mengemukakan 3
perbedaan tingkah laku berdasarkan sensorik motor dan berdasarkan
representasional.
a. Urutan
dari sensorik moto dibatasi oleh kecepatan tindakan sensorik motor, sehinggan
intelegensi sensorik motor sangat lambat. Bahasa membuat representasi
intelegensi lebih cepat.
b. Adaptasi
sensorik motor dibatasi tidakan langsung seorang anak, sedangkan bahasa
memungkinkan pemikiran dan adaptasi ke jarang yang lebih jauh dari tindakan
sekarang.
c. Intelegensi
sensorik motor maju setapak demi setapak, sedangkan pemuikiran dengan bahasa
memungkinkan seorang anak berkembang dengan cepat karena tidak terbatas saja
pada keterbatasan sensorik motor.
4) Penalaran
Anak Pada Umur 2-4 tahun
Terdapat 3 macam
penalaran dalam tahap praoperasi, yaitu :
a. Penalaran
yang dikaitkan dengan ingatan sepintas atas apa yang pernah dialami.
b. Penalaran
yang dikacaukan dengan keinginan.
c. Penalaran
transduktif, penggabungan penalaran deduktif dan induktif.
c. Pemikiran
Intuitif
Menurut piaget, ketika
anak berumur 4-7 tahun pemikirannya berkembang pesat ke arah konseptualisasi.
Perlahan-lahan pemikirannya perkembang dari tahap simbolis dan prakonseptual ke
tahap awal operasional (pemikiran logis)
3. Tahap
Operasi Konkret (umur 7-11 tahun)
Pada tahap ini sistem
pemikiran anak mulai didasarkan pada aturan-aturan yang logis. Ciri yang paling
jelas adalah operasi logis yang bersifat refersibel.
Sistem pemikiran logis
ini dapat digunakan anak untuk memecahkan persoal-persoalan konkret yang
dihadapi. Namun tahap opersi konkret ini masih terbatas pada sistem operasi
berdasarkan apa yang kelihatan atau nyata atau konkret, belum menyangkut yang
bersifat abstrak apalagi yang bersifat hipotetis.
4. Tahap
Operasi Formal (umur 11 tahun hingga remaja)
Tahap operasi formal,
yang merupakan tahap perkembangan
kognitif yang terakhir ini menurut piaget terjadi pada remaja berusia 11 atau
12 tahun ke atas. Pada tahap ini remaja sudah dapat berpikir logis, berpikir
teoritis formal berdasarkan hipotesis dan dapat mengambil kesimpulan walaupun
tidak mengmati peristiwanya.
Logika mulai berkembang
dan digunakan. Cara berpikir abstrak mulai dimengerti. Dan anak remaja pada
tahap ini sudah mencapai tingkat ekuilibrio (proses keseimbangan asimilasi dan
akomodasi) yang tinggi, dan dapat berpikir fleksibel dan efektif, karena mampu
melihat semua unsur dan kemungkinan yang ada.
C. Bahasa
dan Komunikasi
1. Bahasa
Setiap kelompok
masyarakat mempunyai bahasa sendiri-sendiri. Karena itu kita mengenal banyak
bahasa. Bahasa sangat diperlukan oleh manusia karena :
a. Bahasa
merupaka alat untuk menyatakan gagasan.
b. Bahasa
juga merupakan alat untuk mengomunikasi gagasan seseorang kepada orang lain.
c. Bahasa
juga berfungsi tidak hanya mengeluarkan gagasan pada kaliamat tetapi juga untuk
membentuk pemahaman.
Menurut
plotnik, bahasa adalah bentuk komunikasi khusus yang meliputi penggunaan
kaidah-kaidah pembelajaran yang komplek untuk mengusung dan mengombinasikan
simbol-simbol ke dalam sejumlah tak terbatas kalimat-kalimat yang bermakna. Ada
dua prinsip bahasa yang menjad bentuk komunikasi, yaitu prinsip kata-kata dan
prinsip tata bahasa.
2. Memecah
Kalimat Menjadi Gagasan
Untuk mendapatkan
intisari gagasan dan menyampaikan gagasan kita perlu menguasai bahasa.
Pengertian dan gagasan dalam bahsa selalu disampaikan dalam kalimat.
Untuk memahami kalimat
kita harus memecah kalimat dalam beberapa frase sedemikian rupa sehingga setiap
frase dapat disamakan dengan subjek suatu proposisi, predikat proposisi atau
proposisi utuh. Proposisi itu sebenarnya kalimat yang mengandung pengertian
tertentu, karena itu mempunyai subjek dan predikat, terkadang ada yang tidak
mengandung pengertian tertentu, seperti kalimat seru utuh kaliamat perintah.
3. Peringkat
Bahasa
Bahasan mempunyai
beberapa peringkat.
a. Peringkat
yang tertinggi disebut unit peringkat (frase dan kalimat), yang mengandung
gagasan.
b. Peringkat
berikutnya disebut unit makna dasar.
c. Peringkat
yang terendah disebut bunyi bahasa.
Menurut
plotnik, terdapat 4 aturan dalam bahasa :
a. Aturan
bahasa yang pertama adalah fonologi, menetapkan bagaimana kita membuat
suara-suara bermakna yang digunakan oleh suatu bahasa tertentu.
b. Aturan
bahasa yang kedua adalah morfologi, adalah sistem yang kita gunakan untuk
mengelompokan fonem-fonem. Ke dalam kombinasi suara dan kata sehingga bermakna.
c. Aturan
bahasa yang ketiga adalah sintax dan grammar. Sintax atau tata bahasa adalah
satu perangkat aturan yang khusus mengombinasikan kata-kata untuk membentuk
frase-fraser yang bermakna dan kalimat-kalimat.
d. Aturan
bahasa yang ke empat adalah semantik. Semantik khusus untuk memberikan arti
atau makna dri kata-kata atau frase-frase yang mincul dalam bermacam-macam kalimat atau konteks.
4. Memperoleh
Bahasa
Menuru Pinker, dalam
kenyataannya perkembangan bahasa pada anak tidak bergantung pada budaya atau
bahasa, melawati tahap-tahap yang sama, yaitu tahap :
a. babbling
(ocehan,celotehan),
b. single
word, (kata tunggal)
c. two
word combinations, (kombinasi dua kata)
d. sentences
(kalimat-kalimat).
Bab
III
Penutup
A.
Kesimpulan
Pada
masa anak-anak dan remaja pola pikir dan nalar mereka tentu akan mengalami
tahap perkembangan ke arah yang lebih kompleks, tentu hal ini didasari dari adanya
faktor-faktor lingkungan, baik lingkungan sosial dan budaya. Namun tidak kalah
pentingnya dengan pembelajaran anak yang dilakukan secara mandiri. Keturunan
dan lingkungan saling berinteraksi membentuk perilaku individu dalam pemikiran
yang semakin canggih atau kompleks serta diiringi dengan penggunaan tata bahasa
baik dan benar yang melibatkan dukungan orang dewasa yang lebih kompeten
dikarenakan anak sesusia mereka lebih cakap bertindak jika diiringi oleh orang
dewasa.
B. Saran
Saran
dari kelompok kami yaitu anak diberikan motivasi, dorongan sesuai dengan tahap
perkembangan mereka agar daya nalar atau cara perpikir mereka sesuai dengan
lingkungan yang saat itu mereka hadapi, selanjutnya anak pada usia remaja perlu
diberikan hal-hal yang abstrak dan hipotetis agar mereka berpikiran secara
idealistik mengenai lingkungan di sekitar mereka.
Daftar Pustaka
Berk, L.E. (1989).
Child Development. London : Allyn and Bacon.
Eggen, P. &
Khauchack, D. (2001). Educational Psychology. New York : Prentice Hall.
Riyanti, D.B.P., S H.
Prabowo. (1998). Psikologi Umum 1. Jakarta : Penerbit Gunadarma.
Riyanti, D.B.P., S H.
Prabowo. (1998). Psikologi Umum 2. Jakarta : Penerbit Gunadarma.
Suparno, P. (2001).
Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta : Penerbit.
Kanisius.
Walgito, B. (2003).
Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Penerbit ANDI.
Woolfolk, A.E. (1998).
Educational Psychology 7th Edition. Boston : Allyn and Bacon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar