LAPORAN PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL
Nama Mahasiswa : Farid Hikmatullah
NPM : 12512773
Tanggal pemeriksaan :
13-06-2013
|
Nama Asisten : 1. Maizar S
2.
Paraf Asisten :
|
1. Percobaan
: Pendengaran & Keseimbangan
Nama percobaan :
Percobaan Rine
Nama subjek percobaan : Farid Hikmatullah
Tempat percobaan :
laboratorium Psikologi Faal
a. Tujuan
praktikan : untuk membuktikan bahwa
Transmisi melalui udara lebih baik dari pada tulang
b. Dasar
teori : Suara yang dibedakan tekanannya
berkolerasi
dengan gelombang sinus. Suara semacam itu disebut nada murni (pure
tone). Siklus gelombang menuju kompresi dan ekspansi udara seperti suara
geombang yang selalu bergerak. Kedua karakteristik utama gelombang seperti itu
adalah frekuensi dan amplitudo. Frekuensi diukur dengan jumlah getaran
perdetik; yaitu beberapa kali perdetik sampai siklus gelombang suara diulang.
Unit Hertz (singkatan Hz) digunakan untuk menunjukkan sikus perderik;
yaitu suatu siklus perdetik sama dengan satu Hz. Amplitudo berhubungan dengan
jumlah kompresi dan ekspansi udara, seperti digambarkan oleh panjangnya
gelombang dimulai dari puncak sampai dasar kurva.
Frekuensi gelombang suara pada dasarnya merupakan penyebab dari apa yang
kita alami sebagai pitch (tingkatan nada). Namun pitch sebuah nada dapat
juga dipengaruhi oleh intensitas. Jadi, 'pitch' pun hanya terkait pada satu
atribusi fisik stimulus. Demikian pula, 'loudness' (kerasnya suara) berkolerasi
dengan kuat pada amplitudo gelmbang atau intensitas suara. Namun demikian,
gelombang suara berfrekuensi rendah yang mempunyai amplitudo sama dengan suara
berfrekuensi tinggi tidak selalu menghasilkan suara yang sama keras.Manusia
dapat mendengar frekuensi anrata 20- 20.000 Hz.
Ketika garputala bergetar, terdapat urutan gelombang komprensi dan
ekspansi. Jika gapura tala membuat 100 kali getaran perdetik, maka akan
terdapat gelombang suara dengan 100 komprensi perdetik (yaitu, 100 Hz). Bunyi
yang tekanannya terkorelasi dengan gelombang sinus disebut nada murni,
bentuk gelombang bunyi apapun (tidak peduli betapa kompleksnya) dapat dipecah
menjadi serangkaian gelombang sinus yang berbeda dengan amplitudo yang sesuai.
Bila gelombang sinus tersebut dirambahkan lagi, hasilnya akan sama dengan
bentuk gelombang aslinya.
c. alat yang digunakan : Garputala
d. Jalannya Percobaan : 1. Subjek diminta memegang
bagian bawah pada garputala.
2. Kemudian subjek akan diberikan
instruksi untuk memukul atau
mengetuk bagian tengah garput
alat ke arah kursi.
3. Setelah di
pukul kemudian
letakkan garputala diatas kepala
sampai gelombang atau getaran
menghilang.
4. Lalu letakkan
didepan lubang
telinga dan memberikan jawaban
apakah bunyinya masih terdengar
atau tidak.
5. Kemudian
dilanjutkan dengan
pengujian yang sama, garputala
di pukul atau
diketukkan dikursi.
6. Setelah di
pukul kemudian
Garputala didekatkan ke arah
belakang telinga (tetapi tidak
menempel ditelinga) sampai
gelombang atau getaran
menghilang.
7. Lalu
letakkan didepan lubang
telinga dan memberikan jawaban
apakah bunyinya masih terdengar
atau tidak.
e. Hasil Percobaan
: dari data yang diperoleh dari
Pengujian
yaitu bahwa Saat garputala diletakkan diatas kepala lalu di arahkan ke depan lubang
telinga hasilnya adalah masih terdengar. Dan saat
garputala di arahkan ke belakang telinga
lalu di arahkan ke depan lubang telinga hasilnya adalah terdengar.
f. Kesimpulan : 1. Ketika nada garpu tala tidak
terdengar lagi dipuncak kepala,
tetapi
ketika diletakkan dilubang
telinga nada
suara masih
terdengar.
1.
Ketika nada suara garputala tidak tedengar
lagi dibelakang telinga, tetapi ketika diletakkan
dilubang telinga nada masih terdengar.
2.
Semakin besar
garpu tala makin berat suara garputala sejajar maka hantaran suaranya bagus.
g. Daftar
Pustaka : EBOOK GUNADARMA
Atkinson, R.L,.
Atkinson, R.C,.
Hilgard, E.R. (1983). Pengantar Psikologi. Editor: Agus Dharman, SH,
M. Ed., Ph.D. & Michael Adryanto. Jakarta. Erlangga.
Miyoso, D.P,. Mewengkang L.N,.
DiagnosisKekurangan Pendengaran.
1.2 Percobaan
: Pendengaran & Keseimbangan
Nama percobaan :
Ketajaman Pendengaran
Nama subjek percobaan : Farid Hikmatullah
Tempat percobaan :
laboratorium Psikologi Faal
a. Tujuan praktikan : untuk mengetahui ketajaman
pendengaran pada telinga subjek baik kiri maupun kanan
b. Dasar
teori : Loundness (kekerasan suara) dan
beberapa suara
yang sudah dikenal diskalakan dalam decibel. Lepas landasnya roket
Saturn V ke bulan yang diukur pada alas peluncurannya kurang lebih 180 db.
Untuk ikus- tikus percobaan, skala suara 150 db dalam waktu yang cukup lama
menyebabkan kematian. Bahkan band-band rock dapat menimbulkan bunyi dengan 120
db atau lebih yang menyebebkan kerusakan pendengaran permanen.
Aerotymponal adalah penghantar suara melalui
udara, sedangkan Craniotymponal adalah penghantar suara melalui tulang.
Pada orang tua elastisitas membran thympani berkurang, sehingga
terkadang indera pendengarannya kurang berfungsi dengan baik. Membran thmpani
menghantarkan maleus, incus, stapes sehingga terdengar suara.
Jangkauan tekanan dan frekuensi suara yang dapat diterima oleh telinga
manusia sebagai suatu informasi yang berguna, sangat luas. Suara yang nyaman
diterima oleh telinga kita bervariasi tekanannya sesuai dengan frekuensi suara
yang digunakan, namun suara yang tidak menyenangkan atau yang bahkan
menimbulkan nyeri adalah suara-suara dengan tekanan tinggi, biasanya di atas
120 dB. Ambang pendengaran untuk suara tertentu adalah tekanan suara minimum
yang masih dapat membangkitkan sensasi auditorik. Nilai ambang tersebut tergantung
pada karakteristik suara (dalam hal ini frekuensi), cara yang digunakan untuk Cermin
Dunia Kedokteran No. 144, 2004 24 mendengar suara tersebut ( melalui earphone,
pengeras suara, dsb), dan pada titik mana suara itu diukur ( saat mau masuk ke
liang telinga, di udara terbuka, dsb). Ambang pendengaran minimum (APM)
merupakan nilai ambang tekanan suara yang masih dapat didengar oleh seorang
yang masih muda dan memiliki pendengaran normal, diukur di udara terbuka
setinggi kepala pendengar tanpa adanya pendengar. Nilai ini penting dalam
pengukuran di lapangan, karena bising akan mempengaruhi banyak orang dengan
banyak variasi. Pendengaran dengan kedua telinga lebih rendah 2 sampai 3 dB.
Jika seseorang terpajan pada suara di atas nilai kritis tertentu kemudian
dipindahkan dari sumber suara tersebut, maka nilai ambang pendengaran orang
tersebut akan meningkat; dengan kata lain, pendengaran orang tersebut
berkurang. Jika pendengaran kembali normal dalam waktu singkat, maka pergeseran
nilai ambang ini terjadi sementara. Fenomena ini dinamakan kelelahan auditorik.
Kekuatan suara adalah suatu perasaan subjektif yang dirasakan seseorang
sehingga dia dapat mengatakan kuat atau lemahnya suara yang didengar. Kekuatan
suara sangat dipengaruhi oleh tingkat tekanan suara yang keluar dari stimulus
suara, dan juga sedikit dipengaruhi oleh frekuensi dan bentuk gelombang suara.
Pengukuran kekuatan suara secara umum dapat dilakukan dengan cara : 1)
pengukuran subyektif dengan menanyakan suara yang didengar oleh sekelompok orang
yang memiliki pendengaran normal dan yang dijadikan patokan adalah suara dengan
frekuensi murni 1000 Hz, 2). Dengan menghitung menggunakan pita suara 2 atau 3 band,
3). Mengukur dengan alat yang dapat menggambarkan respon telinga terhadap suara
yang didengar.
c. alat yang digunakan : sebuah arloji dan alat ukur
(meteran)
d. Jalannya Percobaan : 1. Sebuah arloji
ditempatkan
didekatkan salah satu lubang telinga praktikan, sementara
telinga yang satu ditutup.
2. selanjutnya
arloji dijauhkan dari
telinga
sampai tidak terdengar.
3. ukur jarak
arloji terhadap
telinga
dan lakukan hal yang
sama pada
telinga yang lain.
e. Hasil Percobaan : diperoleh bahwa masing-masing
dari telinga kiri maupun kanan mempunyai ketajaman pendengaran
yang berbeda dan banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut telinga kanan
mampu mendengar hingga jarak 76 dan telinga kiri 64.
f. Kesimpulan : dari data diatas dapat disimpulkan
Bahwa praktikan diperoleh bahwa masing-masing dari
telinga kiri maupun kanan mempunyai ketajaman pendengaran yang berbeda dan
banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut telinga kanan mampu mendengar
hingga jarak 76 dan telinga kiri 64.
Dan hal ini disebabkan karena adanya kebisingan dalam
ruang praktikum.
g. Daftar Pustaka : EBOOK GUNADARMA
Plotnik.R.(2005:127).
Introduction
to psychology 7th edition.
Australia: thomson&wodsworth.
NN.(2010). Kebisingan
Suara.
1.3 Percobaan
: Pendengaran dan Keseimbangan
Nama percobaan :
Tempat Sumber Bunyi
Nama subjek percobaan : Farid Hikmatullah
Tempat percobaan :
laboratorium Psikologi Faal
a. Tujuan praktikan : Untuk Menentukan sumber bunyi
b. Dasar teori :
Telinga adalah organ penginderaan
dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan keseimbangan) . Indera
pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan
pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui
bicara tergantung pada kemampuan mendengar.
Dasar menentukan suatu gangguan pendengaran akibat kebisingan adalah adanya
pergeseran ambang pendengaran, yaitu selisih antara ambang pendengaran pada
pengukuran sebelumnya dengan ambang pendengaran setelah adanya pajanan bising
(satuan yang dipakai adalah desibel (dB)).
c. alat yang digunakan : Pipa Karet
d. Jalannya Percobaan : 1. Subjek akan diberikan sebuah
pipa karet.
2. Subjek akan diminta meletakan
pipa karet kedepan lubang
telinga.
3. Kemudian asisten laboratorium
akan menekan bagian-bagian
pada pipa karet, seperti bagian
kanan, kiri, atau tengah.
4. Dan subjek akan diminta
menjawab bagian mana yang
ditekan.
e. Hasil
Percobaan : dari data yang diperoleh dari subjek
Pengujian yaitu masih bisa
membedakan bunyi kanan dan kiri saat percobaan menggunakan pipa karet masih
normal. Untuk membedakan bunyi pada bagian tengah memang cukup sulit. Dasar
menentukan suatu gangguan pendengaran akibat kebisingan adalah adanya
pergeseran ambang pendengaran.
f. Kesimpulan
: dapat disimpulkn bahwa praktikan
masih bisa
membedakan bunyi kanan dan kiri saat percobaan menggunakan pipa karet masih
normal. Untuk membedakan bunyi pada bagian tengah memang cukup sulit. Dan hal ini dapat dibuktikan dengan 4/4 percobaan.
g. Daftar
Pustaka : EBOOK GUNADARMA
Atkinson, R.L,.
Atkinson, R.C,.
Hilgard, E.R. (1983). Pengantar Psikologi. Editor: Agus Dharman, SH,
M. Ed., Ph.D. & Michael Adryanto. Jakarta. Erlangga.
Miyoso, D.P,. Mewengkang L.N,.
DiagnosisKekurangan Pendengaran.
Plotnik.R.(2005:127). Introduction
to
psychology 7th edition.
Australia: thomson&wodsworth.
2. Percobaan
: Pendengaran
Dan Keseimbangan
Nama percobaan :
Cara Kerja Kedudukan Kepala dan
Mata Normal
Nama subjek percobaan : Farid Hikmatullah
Tempat percobaan :
laboratorium Psikologi Faal
a. Tujuan praktikan : untuk mengetahui
cara kerja
kedudukan kepala dan mata normal pada saat tubuh
mengalami ketidak seimbangan.
b. Dasar teori : Keseimbangan adalah kemampuan
untuk mempertahankan orientasi tubuh dan bagian- bagiannya dalam hubungan yang dengan ruang internal. Keseimbangan tergantung pada continous visual,
labirintin, dan input somatosensorius (proprioceptif) dan integrasinya dalam
batang otak dan serebelum.
Gangguan keseimbangan dihasilkan dari penyakit yang mempengaruhi sentral
atau pathway vestibular perifer, serebelum atau sensori pathway yang terlibat
dalam proprioceptif. Sebagai gangguan biasanya menunjukkan satu atau dua
masalah klinik: vertigo atau ataksia.
c. alat yang digunakan : ruang praktikum yang cukup untuk
praktikan melakukan percobaan
d. Jalannya Percobaan : 1. praktikan
diperintahkan untuk
berjalan mengikuti satu garis lurus dilantai dengan mata terbuka,
kepala dan tubuh dalam sikap biasa dan lihat apakah praktikan mengalami kesulitan
2. setelah itu
praktikan di minta
untuk
menoleh muka kearah
kanan atau
kiri dan berjalan
kembali.
e. Hasil Percobaan : dari data yang diperoleh dari
Pengujian yaitu bahwa dalam sikap tubuh biasa, praktikan
dapat berjalan lurus tanpa mengalami kesulitan. Namun tidak bisa berjalan lurus
jika berjalan dan menoleh kearah kanan dan kiri.
f. Kesimpulan : dari data diatas dapat disimpulkan
Bahwa
dalam sikap tubuh biasa praktikan dapat berjalan lurus tanpa mengalami
kesulitan dan tida bisa berjalan lurus jika menoleh ke arah kanan ataupun kiri.
g. Daftar Pustaka : EBOOK GUNADARMA
Miyoso, D.P,.
Mewengkang L.N,.
DiagnosisKekurangan Pendengaran.
NN. (2009). Gangguan
Keseimbangan.
2.2 Percobaan
: Pendengaran & Keseimbangan
Nama percobaan :
kanalis Semisirkularis Horizontalis
Nama subjek percobaan : Farid Hikmatullah
Tempat percobaan :
laboratorium Psikologi Faal
a. Tujuan praktikan : untuk memahami cairan endolimph
dan perilimph yang terdapat pada telinga
b. Dasar teori : Untuk memahami cairan endolimph
dan perilimph yang terdapat pada telinga bila bergejolak (goyang) akan
menyebabkan keseimbangan seseorang akan terganggu; memahami bahwa keseimbangan
yang terganggu mudah dikembalikan seperti sediakala; melihat adanya Nistagmus.
c. alat yang digunakan : Saputangan besar, tongkat/ barang
yang sudah bisa
diberdirikan.
d. Jalannya Percobaan : 1. Subjek diinstruksikan untuk
berdiri tegak
2. Kemudian subjek diminta untuk
menutup mata.
3. Subjek diputar kearah kanan 5
kali.
4. Kemudian mata subjek dibuka
dan diarahkan
untuk berjalan
5. Selanjutnya subjek kembali
menutup mata dan diputar
kembali kearah berlawanan
(kiri) sebanyak 5 kali.
6. kemudian subjek kembali
membuka mata dan diarahkan
berjalan kembali.
7. Subjek diminta membedakan
sulit antara putaran pertama atau
kedua yang lebih pusing?
e. Hasil Percobaan : dari data yang diperoleh dari
Pengujian yaitu bahwa praktikan mengalami pusing pada
saat diputar pertama kali ke arah kanan dan juga sulit berjalan lurus karena
cairan endolimph dan perilimph bergejolak namun hal ini tidak terjadi pada saat
tubuh di putar untuk yang kedua kalinya karena cairan tersebut yang ada didalam
tubuh telah normal kembali.
f. Kesimpulan : dari data diatas dapat disimpulkan
Bahwa
praktikan biasanya mengalami kesulitan untuk berjalan lurus dan hal ini normal
karena cairan endolimph dan perilimph baru bergejolak dan hal ini tidak berlaku
pada saat tubuh di putar kedua kalinya karena cairan tersebut telah normal
kembali.
g. Daftar Pustaka : EBOOK GUNADARMA
Plotnik.R.(2005:127).
Introduction
to psychology 7th edition.
Australia: thomson&wodsworth.
NN. (2000). Indera Pendengar.
2.3 Percobaan
: Pendengaran & Keseimbangan
Nama percobaan :
Cara Kerja Nistagmus
Nama subjek percobaan : Farid Hikmatullah
Tempat percobaan :
laboratorium Psikologi Faal
a. Tujuan praktikan : Untuk memahami cairan endolimph
dan perilimph yang terdapat pada telinga bila bergejolak (goyang) akan
menyebabkan keseimbangan seseorang akan terganggu; memahami bahwa keseimbangan
yang terganggu mudah dikembalikan seperti sediakala, melihat adanya Nistagmus.
b. Dasar teori : Telinga manusia terdiri atas tiga
bagian, yaitu
1. Telinga luar, yang
menerima
gelombang suara.
2. Telinga tengah, dimana
gelombang suara dipindahkan
dari udara ke tulang dan oleh
tulang ke telinga dalam.
3. Telinga dalam, dimana
getaran
ini diubah menjadi impuls saraf
spesifik yang
berjalan melalui
nervus
akustikus ke susunan saraf
pusat. Telinga dalam juga
mengandung organ vestibuler
yang berfungsi untuk
mempertahankan keseimbangan.
Telinga luar. Telinga luar terdiri
dari daun telinga (pinna, aurikula),
saluran telinga luar (meatus akustikus eksternus) dan selaput gendang (membrane
tympani), bagian telinga ini berfungsi untuk menerima dan menyalurkan getaran
suara atau gelombang bunyi sehingga menyebabkan bergetarnya membran tympani.
Telinga Tengah (kavum tympanikus). Telinga tengah merupakan suatu rongga kecil dalam tulang pelipis (tulang
temporalis) yang berisi tiga tulang pendengaran (osikula), yaitu maleus
(tulang martil), inkus (tulang landasan), dan stapes (tulang
sanggurdi). Ketiganya saling berhubungan melalui persendian
Telinga Dalam (labirin). Telinga dalam merupakan struktur yang kompleks, terdiri dari serangkaian
rongga-rongga tulang dan saluran membranosa yang berisi cairan. Saluran-saluran
membranosa membentuk labirin membranosa dan berisi cairan endolimfe,
sedangkan rongga-rongga tulang yang di dalamnya berada labirin membranosa
disebut labirin tulang (labirin osseosa). Labirin tulang berisi cairan perilimfe.
Nistagmus adalah
gerakan mata yang cepat dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah. Arah dari
gerakan tersebut bisa membantu dalam menegakkan diagnosa. Nistagmus bisa
dirangsang dengan menggerakkan kepala penderita secara tiba-tiba atau dengan
meneteskan air dingin ke dalam telinga.
c. alat yang digunakan : Saputangan besar, tongkat/ barang
yang sudah bisa
diberdirikan.
d. Jalannya Percobaan : 1. praktikan diperintahkan untuk
merunduk, kemudian tangan kanan memegang
telinga dan tangan kiri memegang lutut (secara silang).
2. Sejantutnya mata di tutup atau
dipejamkan.
3. Kemudian tubuh diputar ke arah
kanan sebanyak 3 kali.
4. Setelah diputar
subjek ditegakan
kembali, dan membuka matanya.
5. Subjek akan merasakan apa yang
terjadi.
e. Hasil Percobaan : dari data yang diperoleh dari
Pengujian yaitu bahwa praktikan mengalami pusing dan
pandangan kabur yang sesaat terhadap objek yang dilihat.
f. Kesimpulan : dari data diatas dapat disimpulkan
Bahwa
praktikan mengalami pusing dan pandangan yang kabur karena cairan endolimph dan
perilimph bergejolak atau baru bekerja.
g. Daftar Pustaka : EBOOK GUNADARMA
Plotnik.R.(2005:127).
Introduction
to psychology 7th edition.
Australia: thomson&wodsworth.
Murni, A.Y,. (2003). Gangguan
Pendengaran Akibat Bising.
NN. (2000). Indera Pendengar.
NN. (2009). Gangguan
Keseimbangan.
Atkinson, R.L,. Atkinson, R.C,.
Hilgard, E.R. (1983). Pengantar Psikologi. Editor: Agus Dharman, SH,
M. Ed., Ph.D. & Michael Adryanto. Jakarta. Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar