LAPORAN PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL
Nama Mahasiswa : Farid Hikmatullah
NPM : 12512773
Tanggal pemeriksaan :
04-07-2013
|
Nama Asisten : 1. Andaru R B
2. Feliane H R
Paraf Asisten :
|
1. Percobaan
: Indera Peraba
Nama percobaan :
perasaan pada kulit
Nama subjek percobaan : Farid Hikmatullah
Tempat percobaan :
Laboratorium Psikologi Faal
a. Tujuan
praktikan : Untuk mengetahui adannya
reseptor, sentuhan, dingin, dan panas pada kulit, serta mengetahui letak masing-masing reseptor.
b. Dasar
teori : Pada ujung-ujung perifernya,
neuron aferen memiliki
reseptor yang memberitahu SSP mengenai perubahan-perubahan yang dapat
dideteksi, atau rangsangan, baik dari luar maupun lingkungan dalam dengan
membangkitkan potensial aksi sebagai respons terhadap rangsangan. Potensial
aksi ini disalurkan melalui serat aferen ke SSP. Rangsangan terdapat dalam
berbagai bentuk energi atau modalitas, misalnya panas, cahaya, suara, tekanan,
dan perubahan kimiawi.
Kulit
terdiri dari 3 bagian, yaitu:
1. Epidermis : bagian terluar
2.
Dermis : terdapat kelenjar dan saluran keringat, bulbus rambut, folikel rambut dan akar rambut;
kelenjar Sebaseus.
3.
Subcutaneous: pembuluh darah; saraf cutaneous, jaringan otot.
Reseptor
kulit dan hamparan impuls di saraf perifer. Kulit berfungsi sebagai berikut:
1.
Mekanoreseptor
=>
berkaitan dengan indera raba, tekanan getaran, dan kenestesi (gerak).
2. Thermoreseptor
=> berkaitan dengan penginderaan yang mendeteksi
panas dan dingin.
3. Chemoreseptor
=> mendeteksi rasa asam, basa, dan garam.
4. Rasa nyeri
=>
berkaitan dengan mekanisme protektif bagi kulit.
c. alat yang digunakan : 3 baskom plastik yang masing-
masing diisi oleh air hangat, dingin, dan netral dan larutan air, alkohol, dan
aseton.
d. Jalannya Percobaan : Terdapat 3 baskom di atas meja.
Baskom
A berisi air dingin, baskom B berisi air hangat, dan baskom C berisi air
netral. Tangan kiri dan kanan dimasukkan ke dalam baskom A dan B. Kiri air
dingin dan kanan air hangat. Setelah beberapa menit tangan direndam ke air
tersebut, masukkan kedua tangan ke dalam air yang berisi air netral atau C.
Kemudian bedakan rasanya.
Dan praktikan diminta untuk meniup punggung tangannya
stealah itu diberi stetes air dan kemudian ditiup begitu juga sterusnya
terhadap alkohol dan juga aseton kemudian praktikan membedakan rasanya terhadap
kulit.
e. Hasil Percobaan : Dari
data yang diperoleh dari
Pengujian yaitu Tangan kiri yang
dimasukkan ke dalam baskom yang berisi air dingin menjadi hangat setelah
dimasukkan ke dalam baskom yang berisi air netral. Begitu pula sebaliknya,
tangan kanan yang dimasukkan ke dalam air hangat merasa dingin setelah
dimasukkan ke dalam air netral.
Hasil sebenarnya:
v Biasanya
setelah dimasukkan ke dalam baskom B (netral), tangan kanan terasa dingin dan
tangan kiri akan merasa hangat.
v
Karena pada saat di baskom B, ada
pengurangan kalor pada tangan kanan, dan penambahan kalor pada tangan kiri.
v
Kulit berfungsi sebagai thermoreseptor yang mendeteksi rasa
panas (rufinis) dan mendeteksi rasa
dingin (end krause).
Dan pada
punggung kulit yang diberi cairan air, alkohol dan juga aseton dinyatakan bahwa
aseton lebih dingin dibandingkan dengan alkohol dan air.
f. Kesimpulan : Ketika tangan kanan dimasukkan
ke
dalam baskom yang berisi air hangat, thermoreseptor
mendeteksi adanya rasa panas (rufinis)
dan terjadi pengurangan kalor pada tangan kanan ketika dimasukkan ke dalam air
netral (dari hangat ke dingin). Begitu pula tangan kiri yang dimasukkan ke
dalam baskom yang berisi air dingin, thermoreseptor
mendeteksi adanya rasa dingin (end krause) dan terjadi penambahan kalor
pada tangan kiri ketika dimasukkan ke dalam air netral (dari dingin ke hangat).
Dan pada punggung kulit yang diberi cairan maka ada
reeptor dingin pada kulit selain itu aston yang lebih dingin dibanding cairan
lainnya hal ini disebabkan karena aseton memiliki titik didih yang rendah
sehingga ketika menganai kulit akan langsung menguap dan selama proses
penguapan memerlukan kalor yang diambil dari tubuh maka kulit akan terasa
dingin.
g. Daftar
Pustaka : EBOOK GUNADARMA
Atkinson, R.L,.
Atkinson, R.C,.
Hilgard, E.R. (1983). Pengantar Psikologi. Editor: Agus Dharman, SH,
M. Ed., Ph.D. & Michael Adryanto. Jakarta. Erlangga.
Soewolo,
dkk. (1999). Fisiologi
Manusia. Malang: JICA
Sherwood, Lauralee. (2001).
Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Alih bahasa oleh
Batricia I. Jakarta: EGC.
2. Percobaan
: Indera Peraba
Nama percobaan :
Lokalisasi Taktil
Nama subjek percobaan : Farid Hikmatullah
Tempat percobaan :
Laboratorium Psikologi Faal
a. Tujuan praktikan : Memahami serta
mengetahui
kepekaan
saraf peraba dengan melokalisasir tempat yang ditusukkan ke berbagai tempat,
serta mengetahui kepekaan TPL (Two Point Localization).
b. Dasar teori : Setiap neuron
sensorik berespons
terhadap
informasi sensorik hanya dalam daerah terbatas di permukaan kulit sekitarnya;
daerah ini dikenal sebagai lapangan reseptif (receptive field). Ukuran
lapangan reseptif bervariasi berbanding terbalik dengan kepadatan reseptor di
daerah tersebut. Semakin dekat dengan penempatan reseptor jenis tertentu,
semakin kecil daerah kulit yang dipantau oleh reseptor tersebut. Semakin kecil
lapangan reseptif di suatu daerah, semakin besar ketajaman (acuity) atau kemampuan diskriminatif.
Selain kepadatan reseptor, faktor kedua
yang mempengaruhi ketajaman adalah inhibisi lateral. Kita dapat menyadari
pentingnya fenomena ini dengan sedikit menekan permukaan kulit dengan ujung
pulpen. Lapangan reseptif di bagian bawah ujung pulpen tempat rangsangan paling
kuat segera terangsang, tetapi lapangan reseptif di sekitarnya juga terangsang walaupun
dengan tingkat yang lebih rendah karena lapangan-lapangan tersebut tidak
terlalu terdistorsi.
c. alat yang digunakan : Pensil yang ujungnya tumpul,
spidol/pulpen, dan
penggaris.
d. Jalannya Percobaan : Praktikan diminta untuk
berpasangan dengan asisiten. Dan kemudian praktikan menutup matanya dan asisten membuat tanda di tangan praktikan. praktikan diminta menebak letak dari tanda
yang dibuat oleh asisten.
Kemudian diukur jaraknya.
e. Hasil Percobaan : tanda
yang pertama : 0,5 cm
tanda yang kedua : 0,2
cm
tanda yang ketiga : 0,5
cm
Hasil Sebenarnya:
·
Bila jarak tusukan yang pertama dengan
yang kedua kurang dari 5 cm maka saraf peraba baik. Lebih dari 5 cm maka saraf
peraba kurang baik.
·
TPL (Two Points Localization) =>
lebih peka pada bagian yang menonjol (hidung, mata, bibir, ujung jari, telinga,
dll.)
·
Jarak yang asisten tusuk dengan yang
praktikan dapat tergantung pada waktu.
·
Waktu mempengaruhi sehingga ada
penyebaran sensasi.
·
TPL sama dengan system => menyebar
dan melingkar.
f. Kesimpulan : Ketajaman taktil relatif suatu
daerah
tertentu dapat ditentukan oleh uji diskriminasi ambang dua titik. Dengan
mengubah jarak antara satu titik dengan titik berikutnya, seseorang dapat
menentukan jarak antara titik yang satu dengan titik yang dirasakannya.
Lapangan reseptif di bawah bagian tengah ujung pulpen tempat rangsangan paling
kuat segera terangsang, tetapi lapangan reseptif di sekitarnya juga terangsang,
walaupun dengan tingkat yang lebih rendah karena lapangan-lapangan tersebut
tidak terlalu terdistorsi. Apabila informasi dari serat-serat aferen yang terangsang secara marginal
di bagian tepi daerah rangsangan ini sampai korteks, lokalisasi (TPL) ujung
pulpen tersebut akan kabur.
Jalur
sinyal yang paling kuat diaktifkan yang berasal dari pusat rangsangan
menghambat jalur-jalur yang kurang terangsang yang berasal dari daetah sekitar
pusat rangsangan. Hal ini terjadi melalui berbagai antarneuron inhibitorik yang berjalan secara lateral
antara serat-serat asendens yang
mempersarafi lapangan reseptif yang berdekatan. Penghambatan transmisi sinyal
yang lebih lemah akan meningkatkan kontras antara informasi yang diinginkan dan
yang tidak diinginkan, sehingga ujung pulpen dapat dengan tepat ditentukan.
Kekuatan koneksi inhibisi lateral di dalam jalur-jalur sensorik bervariasi
sesuai modalitas. Modalitas yang memilki inhibisi paling lateral-sentuhan dan
penglihatan - menghasilkan lokalisasi paling akurat.
g. Daftar Pustaka : EBOOK GUNADARMA
Plotnik.R.(2005:127).
Introduction
to psychology 7th edition.
Australia: thomson&wodsworth.
Sherwood,
Lauralee. (2001).
Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Alih bahasa oleh Batricia I. Jakarta: EGC.
3. Percobaan
: Indera Peraba
Nama percobaan :
Membedakan sifat benda
Nama subjek percobaan : Farid Hikmatullah
Tempat percobaan :
Laboratorium Psikologi Faal
a. Tujuan praktikan : Untuk membuktikan kepekaan saraf
peraba
terhadap kehalusan benda sampai kekasaran benda, serta bentuk-bentukbenda(stereognastik).
b. Dasar teori : Reseptor secara
cepat beradaptasi
dengan
tidak lagi berespons terhadap rangsangan yang menetap, tetapi jika rangsangan
dihentikan, reseptor berespons dengan depolarisasi ringan. Reseptor-reseptor
yang cepat beradaptasi antara lain adalah reseptor taktil (sentuh) dikulit yang
memberitahu mengenai perubahan tekanan pada permukaan kulit. Karena
reseptor-reseptor ini cepat beradaptasi, kita tidak terus menerus menyadari
bahwa kita sedang menggunakan baju yang berbahan kasar, halus, atau lembut.
Sewaktu melepaskannya kita menyadarinya karena adanya off response.
Pada lapisan
kulit bagian dermis terdapat ribuan tonjolan kecil yang disebut papilae yang keluar dari dermis kedalam
lubang dari lapisan yang teramat kecil di dasar epidermis, papilae ini berisi ujung-ujung syaraf yang peka terhadap sentuhan. Jadi
pada saat kita meraba maka papilae
inilah yang bekerja karena papilae berisi syaraf yang sangat peka terhadap
sentuhan. Yang membuat kita menyadari setiap benda yang kita sentuh baik itu
kasar maupun halus.
Reseptor
fisik penting saat dalam situasi-situasi penyampaian adanya perubahan
intensitas rangsangan dan bukan penyampaian informasi stastus quo, reseptor-reseptor yang cepat beradaptasi antara lain
adalah reseptor taktil (sentuh) dikulit yang memberitahu mengenai perubahan
tekanan pada permukaan kulit. Karena reseptor-reseptor ini cepat beradaptasi.
Maka kita akan dengan mudah menebak semua barang-barang yang di sentuh tanpa
harus melihatnya, karena kita sudah pernah mengingatnya sebelumnya.
Mekanisme terjadinya adaptasi berbeda-beda untuk
reseptor yang berlainan dan belum sepenuhnya diketahui untuk semua jenis
reseptor. Mekanisme adaptasi untuk corpus
atau badan Pacini (pacinian corpuscle), suatu reseptor
kulit yang mendeteksi tekanan dan getaran diketahui disebabkan oleh sifat-sifat
fisiknya.
Ketika mencapai korda spinalis, informasi aferen
memiliki dua kemungkinan tujuan akhir yaitu pertama, informasi tersebut mungkin
menjadi bagian dari lengkung refleks, menyebabkan timbulnya respons efektor
yang sesuai atau yang kedua informasi tersebut mungkin disampaikan ke atas otak
melalui jalur-jalur asendens untuk pengolahan lebih lanjut dan memungkinkan
individu menyadari benda apa yang disentuhnya.
c. alat yang
digunakan : Berbagai
macam bentuk balok atau
kubus,
silinder, lingkaran, segitiga, dan kerucut dan berbagai macam kain dari yang halus sampai yang
kasar.
d. Jalannya Percobaan :
Praktikan
diminta untuk
memejamkan
mata sambil memegang macam-macam benda yang berbentuk huruf dan binatang yang telah disediakan. Kemudian praktikan diminta
menebak apa yang ada digenggamannya.
Setelah itu praktikan diminta untuk mengambil dan mengurutkan kain dari yang
paling halus sampai pada yang paling kasar
e. Hasil Percobaan : Praktikan dengan
mengurutkan dari
yang
paling halus
ke
paling kasar :
hitam,
pink, oranye, putih, dan hijau.
Hasil
sebenarnya: putih, pink, hitam, oranye, dan hijau.
Praktikan dengan benar menyebutkan benda-benda yang
ada di genggamannya.
Hasil
sebenarnya:
Jawaban
dengan benar ditebak oleh praktikan.
Yaitu 2/5 percobaan.
f. Kesimpulan : Pada
percobaan kekasaran
permukaan
di atas, praktikan dapat menebak dengan benar. Hal ini membuktikan bahwa
berdasarkan teori yang telah dijelaskan pada dasar teori benar. Kita dapat
membedakan permukaan benda itu kasar atau halus
karena jari memiliki sel-sel persyarafan yang menyebar di seluruh
permukaan kulit jari tangan yang disebut
papilae. Dan juga lapangan
reprentif yang terdapat di kulit juga mempengaruhi indera peraba, karena
lapangan reprentif akan mengirimkan sinyal-sinyal ke otak yang membuat kita
bisa mengetahui keadaan benda yang kita sentuh.
Pada percobaan stereognostik
praktikan
bisa menebak macam-macam benda dengan benar. Hal ini menandakan bahwa saraf
peraba praktikan berfungsi dengan baik. Seperti yang telah dijelaskan pada
dasar teori bahwa reseptor-reseptor pada kulit cepat beradaptasi. Maka
kita akan dengan mudah menebak semua barang-barang yang di sentuh tanpa harus
melihatnya, karena kita sudah pernah mengingatnya sebelumnya.
Ketika
mencapai korda spinalis, informasi
aferen memiliki dua kemungkinan tujuan akhir yaitu pertama, informasi tersebut
mungkin menjadi bagian dari lengkung refleks, menyebabkan timbulnya respons
efektor yang sesuai atau yang kedua informasi tersebut mungkin disampaikan ke
atas otak melalui jalur-jalur asendens
untuk pengolahan lebih lanjut dan memungkinkan individu menyadari benda apa
yang disentuhnya.
g. Daftar Pustaka : EBOOK GUNADARMA
Plotnik.R.(2005:127). Introduction
to psychology 7th edition.
Australia: thomson&wodsworth.
Sherwood,
Lauralee. (2001).
Fisiologi
Manusia dari Sel ke Sistem. Alih bahasa oleh Batricia I. Jakarta: EGC.
Soewolo,
dkk. (1999). Fisiologi
Manusia. Malang: JICA
4. Percobaan
: Indera Peraba
Nama percobaan :
Gerak Refleks
Nama subjek percobaan : Farid Hikmatullah
Tempat percobaan :
Laboratorium Psikologi Faal
a. Tujuan praktikan : Untuk mengetahui adanya gerakan-
gerakan refleks pada
otot.
b. Dasar teori : Gerakan refleks merupakan
respons
otomatis
dari sebagian tubuh terhadap suatu stimulus. Gerak refleks adalah gerak yang
tidak disengaja atau tidak disadari. Gerakan ini terjadi dengan tiba–tiba tanpa
bisa dicegah.
Sistem
saraf tak sadar (otonom) merupakan gabungan dari sensorok dan motorik. Saraf
takk sadar dibedakan atas dua yaitu:
1. Saraf
Simpatis / thoracolumbar
ü Berpangkal
pada medula spinalis di daerah leher
dan daerah pinggang.
2. Saraf Parasimpatis / Cranio
Sacral
ü Berpangkal
pada medula oblongata dan ada juga di
sacrum.
Fungsi sistem saraf
terdiri atas:
·
Pusat koordinasi segala aktifitas tubuh.
·
Pusat kesadaran, memori, dan
intelegensi.
·
Pusat Higher Mental Procces, yaitu reasoning
(penalaran, thingking (berpikir), dan
judgement (mengambil keputusan).
Skema
gerak refleks:
Reseptor
/ stimulus à
saraf sensorik à tali spinal à
interneuron à
saraf motorik à
aksi / efektor.
Contohnya gerak pada lutut
kaki, ketika lutut kaki dipukulkan akan dengan spontan atau reflek bergerak
kedepan dengan sendirinya.
c. alat yang digunakan : Sebuah martil reflek dengan bagian
depan terbuat dari
karet.
d. Jalannya Percobaan :
Praktikan duduk di tepi meja
dengan tungkai bawah tergantung dan kemudian asisten
memukul urat di bawah tempurung lutut dengan martil refleks.
e. Hasil Percobaan : Setelah dipukulkan
dengan martil
refleks
secara refleks kaki bergerak ke depan dan terasa sedikit nyeri atau ngilu
dibagian lutut yang dipukul tersebut.
Hasil
sebenarnya:
Lutut yang dipukulkan dengan martil refleks secara spontan bergerak
sendiri karena adanya gerak refleks, tetapi tidak harus bergerak bisa juga
terasa seperti tersentrum atau ngilu.
f. Kesimpulan : Percobaan di atas terbukti bahwa
adanya
gerakan refleks pada lutut kaki. Hal itu bisa terjadi karena pada saat lutut
dipukulkan, kaki secara refleks berayun kedepan. Refleks sentakan lutut
merupakan refleks rentangan. Gerakan refleks juga merupakan respons otomatis
dari sebagian tubuh terhadap stimulus. Refleks terjadi karena adanya stimulus
yang disebabkan oleh pukulan yang
diteruskan ke saraf sensorik, setelah itu stimulus terus berjalan
melalui tali spinal dan interneuron,
kemudian diteruskan ke saraf motorik dan akhirnya menghasilkan efektor berupa
ayunan pada kaki yang berayun ke depan.
g. Daftar Pustaka : EBOOK GUNADARMA
Plotnik.R.(2005:127). Introduction
to psychology 7th edition.
Australia: thomson&wodsworth.
Sherwood,
Lauralee. (2001).
Fisiologi
Manusia dari Sel ke Sistem. Alih bahasa oleh Batricia I. Jakarta: EGC.
Soewolo, dkk. (1999). Fisiologi
Manusia. Malang: JICA
Sugema,
Sony. (2008). Diktat Kelas
3
SMU IPA. Bandung: SSC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar