Cari Blog Ini

Rabu, 31 Juli 2013

praktikum faal 4



LAPORAN PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL
Nama  Mahasiswa       : Farid Hikmatullah
NPM                            : 12512773
Tanggal pemeriksaan : 20-06-2013
Nama Asisten : 1. Andaru R B
                           2.
Paraf Asisten :

1.      Percobaan                                    : Indera Penciuman
Nama percobaan                         : Membedakan Berbagai Macam Bau
  (kemenyan)
Nama subjek percobaan             : Farid Hikmatullah
Tempat percobaan                      : Laboratorium Psikologi Faal
a.      Tujuan praktikan           : Untuk membuktikan bahwa zat
                                      yang dibaui adalah zat yang berupa
                                      gas, serta membedakan beberapa
                                      wewangian dari mulai bau yang
                                      tidak enak sampai yang enak.

b.      Dasar teori                       : Mukosa olfaktorius (penciuman)
                                      yang terletak di langit-langit rongga
                                      hidung, mengandung tiga jenis sel
                                      yaitu reseptor olfaktorius, sel
                                      penunjang, dan sel basal. Sel-sel
                                      penunjang mengeluarkan mukus,
                                      yang melapisi saluran hidung. Sel-
                                      sel basal adalah prekursor untuk
                                      sel-sel reseptor olfaktorius yang
                                      baru yang diganti setiap sekitar dua
                                      bulan. Akson-akson sel reseptor
                                      secara kolektif membentuk saraf
                                      olfaktorius. Bagian dari sel reseptor
olfaktorius terdiri dari sebuah kepala
                                      yang mengembung dan berisi
                                      beberapa silia panjang yang meluas
                                      ke permukaan mukosa. Agar dapat
                                      dibaui, suatu bahan harus mudah
                                      menguap, sehingga sebagian
                                      molekulnya dapat masuk ke hidung
                                      dalam udara yang dihirup dan juga
                                      mudah untuk larut (air), sehingga
                                      dapat larut ke dalam mukus yang
  melapisi mukosa olfaktorius.
  Manusia dapat membedakan
 puluhan ribu bau yang berbeda-
 beda para peneliti umumnya
 beranggapan bahwa persepsi
 berbagai bau ini bergantung pada
 kombinasi bau-bau primer.
           
c.   alat yang digunakan        : Tempat membakar kemenyan, hio,
sebutir kemenyan, dan beberapa wewangian.
d.   Jalannya Percobaan       : Hio, dupa, dan obat nyamuk
dibakar menggunakan lilin yang sudah disediakan. Kemudian bedakan bau hio, dupa, dan obak nyamuk yang sudah dibakar tadi dengan yang belum dibakar.

e.   Hasil Percobaan               : Dari data yang diperoleh dari
Pengujian yaitu bahwa Hio, dupa, dan obat nyamuk yang telah dibakar, baunya lebih menyengat daripada bau hio, dupa, dan obat nyamuk yang belum dibakar.
                                                                          Hasil sebenarnya:
Ø  Kemenyan, hio/dupa, dan obat nyamuk yang dibakar lebih kuat baunya dan lebih menyengat.
Ø  Karena Concha nasal superior hanya menerima rangsang benda-benda yang dapat menguap dan berwujud gas.

                        f.   Kesimpulan                      :  Manusia dapat membedakan
                                                            berbagai macam bau bukan karena memiliki banyak reseptor pembau, namun karena kemampuan tersebut ditentukan oleh prinsip-prinsip komposisi (component principal). Organ pembau hanya memiliki 7 reseptor namun dapat membaui lebih dari 600 aroma. Sistem olfaction dapat menerima stimulus benda-benda kimia, sehingga reseptornya disebut juga chemoreseptor. Berdasarkan percobaan di atas, kita dapat mengetahui bahwa bau hio, dupa, dan obat nyamuk yang mengandung atau berwujud gas dapat merangsang concha nasal superior sehingga dapat membaui bau yang menyengat. Di concha nasal superior terdapat system olfaction yang peka dalam penciuman dan lebih dekat dengan syaraf olfactorius.

g.      Daftar Pustaka                : EBOOK GUNADARMA
                                                                                              Atkinson, R.L,. Atkinson, R.C,.
Hilgard, E.R. (1983). Pengantar Psikologi. Editor: Agus Dharman, SH, M. Ed., Ph.D. & Michael Adryanto. Jakarta. Erlangga.
  Soewolo, dkk. (1999). Fisiologi
 Manusia. Malang: JICA








1.1  Percobaan                                    : Indera Penciuman
Nama percobaan                         : Membedakan Wewangian
Nama subjek percobaan             : Farid Hikmatullah
Tempat percobaan                      : Laboratorium Psikologi Faal
a. Tujuan praktikan             : Untuk membuktikan bahwa zat
                                                  yang dibaui adalah zat yang berupa
                                                  gas, serta membedakan beberapa
                                                  wewangian dari mulai bau yang
                                                  tidak enak sampai yang enak.

b. Dasar teori                                     : Mukosa olfaktorius (penciuman)
yang terletak di langit-langit rongga   hidung, mengandung tiga jenis sel yaitu reseptor olfaktorius, sel penunjang, dan sel basal. Sel-sel penunjang mengeluarkan mukus, yang melapisi saluran hidung. Sel-sel basal adalah prekursor untuk sel-sel reseptor olfaktorius yang baru yang diganti setiap sekitar dua bulan. Penciuman pada manusia, secara umum unsur yang mempengaruhinya adalah fisik dan psikologis. Secara fisik, manusia lebih sensitif terhadap bau apalagi orang yang mempunyai hidung mancung. Mereka lebih peka atau sensitif. Berdasarkan psikologis, contohnya adalah pada wanita yang sedang mengalami PMS (Pra Menstruasi Syndrome) lebih sensitif penciumannya.
Kemampuan membau makhluk hidup tergantung pada:
Ø  Susunan rongga hidung, contohnya adalah orang yang memiliki hidung mancung lebih tajam penciumannya daripada orang yang berhidung pesek.
Ø  Variasi Fisiologis, contohnya adalah wanita PMS dan hamil muda memiliki penciuman yang lebih peka.
Ø  Spesies, contohnya adalah anjing.
Ø  Konsentrasi bau, contohnya adalah bau busuk lebih mudah tercium.


c.  alat yang digunakan         : Berbagai buah, bunga, daun dan
                                                  dan Sapu tangan
d. Jalannya Percobaan         : Praktikan diminta untuk menebak
bau pada wewangian yang telah dipersiapkan di meja percobaan dengan menutup mata.
e. Hasil Percobaan                 : Diperoleh data bau wewangian
                                                  pada nomor:
1.      Sirsak
2.      Melon
3.      Pandan
4.      Mawar
5.      Pisang
                                                                                       Hasil sebenarnya:
1.      Sirsak
2.      Melon
3.      Pandan
4.      Mawar
5.      Pisang

f. Kesimpulan                                     : Biasanya dalam hal kemampuan
mengingat bau, wanita memiliki kemampuan lebih baik. Kurang lebih dari 5 macam wewangian dalam hal mengingat bau, wanita bisa menebak 5. Sedangkan pria hanya 3 saja. Hal itu dikarenakan pada wanita ruang dalam menerima gas lebih luas (concha nasl superior). Semakin tajam wanginya, maka semakin mudah dikenali. Namun sebaliknya, semakin lembut wanginya, semakin sulit dikenali wangi tersebut.

g. Daftar Pustaka                  : EBOOK GUNADARMA
  Plotnik.R.(2005:127). Introduction
      to psychology 7th edition.
     Australia: thomson&wodsworth.
  Sherwood, Lauralee. (2001).
 Fisiologi Manusia dari Sel ke  Sistem. Alih bahasa oleh Batricia I. Jakarta: EGC.













2.      Percobaan                                    : Indera Pengecap
Nama percobaan                         : Membedakan Berbagai Rasa
Nama subjek percobaan             : Farid Hikmatullah
Tempat percobaan                      : Laboratorium Psikologi Faal
a. Tujuan praktikan             : Memahami dan mengetahui bahwa
lidah merupakan alat pengecap rasa dan serta membuat peta rasa.
b. Dasar teori                                     : Sel-sel reseptor pengecapan adalah
sel epitel termodifikasi dengan banyak lipatan permukaan, atau mikrovili, yang sedikit menonjol melalui pori-pori pengecap untuk meningkatkan luas permukaan sel yang terpajan ke isi mulut. Membran plasma mikrovili mengandung reseptor-reseptor yang berikatan secara selektif dengan molekul-molekul zat kimia di lingkungan. Hanya zat kimia dalam larutan (baik cairan atau zat padat yang telah larut dalam air liur) yang dapat berikatan dengan sel reseptor. Pengikatan suatu zat kimia dengan sel reseptor menyebabkan perubahan saluran-saluran ion dan menimbulkan depolarisasi potensial reseptor. Potensial reseptor ini kemudian memulai potensial aksi di ujung-ujung terminal serat saraf aferen yang bersinaps dengan reseptor tersebut.  Tidak seperti reseptor mata atau telinga, yang tidak dapat digantikan, reseptor pengecap memiliki masa hidup sekitar sepuluh hari. Sel-sel epitel yang berada di sekitar papil pengecap mula-mula berdiferensiasi menjadi sel-sel penunjang dan kemudian menjadi sel-sel reseptor untuk secara terus menerus memperbarui komponen papil pengecap.
Kita dapat membedakan ribuan sensasi pengecapan yang berlainan, namun semua rasa tersebut adalah berbagai kombinasi, dari 4 rasa utama yaitu: manis, asin, masam (kecut), dan pahit. Sensasi rasa manis dicetuskan oleh konfigurasi khas glukosa. Rasa asin dirangsang oleh garam-garam kimiawi, terutama NaCl (garam dapur). Asam menimbulkan rasa masam, seperti kandungan asam sitrat pada jeruk menimbulkan rasa masam yang khas. Golongan alkaloid (misalnya kafein, nikotin, striknin, morfin, dan turunan tumbuhan toksik lainnya) atau zat-zat beracun menimbulkan rasa pahit, mungkin sebagai mekanisme protektif untuk menghindari ingesti senyawa-senyawa yang memiliki potensi berbahaya.PETA RASA PADA LIDAH Persepsi rasa juga dipengaruhi oleh informasi yang berasal dari reseptor lain, terutama bau. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi penegcapan adalah suhu dan tekstur makanan serta faktor psikologis yang berkaitan dengan pengalaman terdahulu mengenai makanan yang bersangkutan.
c.  alat yang digunakan         : Cotton bud, saputangan/handuk
                                                  kecil, 5-6 larutan rasa
d. Jalannya Percobaan         : Praktikan diminta untuk mengambil
Cotton bud yang telah disediakan, kemudian cotton bud tersebut dimasukkan ke dalam 8 larutan yang sudah dipersiapkan. Lalu cotton bud tersebut ditempelkan ke ujung lidah praktikan. Praktikan diminta untuk merasakan, kemudian tulis hasil dari apa yang dirasakan oleh praktikan. Untuk menetralisir rasa, gunakan handuk kecil yang disapukan ke ujung lidah.
e. Hasil Percobaan                 : Terdapat rasa pada larutan:
1.      Manis
2.      Asin
3.      Kecut
4.      Pedas
5.      Asin
6.      Pedas
7.      Pedas
8.      Pahit
                                                                           Hasil yang sebenarnya:
1.      Manis
2.      Asin
3.      Asam
4.      Pedas manis
5.      Pedas asin
6.      Pedas asam
7.      Pedas pahit
8.      Pahit


f. Kesimpulan                                     : Reseptor untuk pengecap disebut
dengan reseptor sistem gustatory. Sedangkan reseptor perasa disebut dengan Taste Buds yang umumnya terletak di sekitar kuncup pengecap yang disebut papillae. Taste buds dapat mendeteksi segala macam rasa (manis, asin, asam, pahit, dan sebagainya). Dari dasar teori yang telah dijelaskan di atas, terdapat peta rasa pada lidah. Yaitu pada ujung lidah merupakan pengecap rasa manis, tepi lidah bawah pengecap rasa asin, tepi lidah bagian atas pengecap rasa asam, dan pangkal lidah pengecap rasa pahit.
Berdasarkan percobaan bisa disimpulkan kita dapat membedakan ribuan sensasi rasa. Namun hal itu juga bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah bau. Selain itu, faktor suhu dan tekstur makanan juga berpengaruh terhadap pengecapan seseorang.



g. Daftar Pustaka                  : EBOOK GUNADARMA
  Plotnik.R.(2005:127). Introduction
      to psychology 7th edition.
     Australia: thomson&wodsworth.
  Sherwood, Lauralee. (2001).
Fisiologi Manusia dari Sel ke  Sistem. Alih bahasa oleh Batricia I. Jakarta: EGC.
   Soewolo, dkk. (1999). Fisiologi
      Manusia. Malang: JICA






Tidak ada komentar:

Posting Komentar